RUPANYA, tulisan Ustaz Arafat tentang mentalitas “masih bisa lagi” paling banyak mendapat perhatian dari pembaca.
Setelah dipraktikkan, memang tiga kata tersebut bisa menembus tiga dinding penghambat yaitu, pesimis, penyerah, dan tanpa tujuan.
Orang pesimis akan berkata, “Apa betul masih bisa lagi? Kalau ternyata enggak bisa gimana?”
Orang penyerah juga demikian, “Cukuplah segini aja. Sudah mentok ini!”
Sedangkan bagi orang tak punya visi dan tujuan, “Apa gunanya kalau memang masih bisa lagi?” Padahal di atas langit masih ada langit. Di atas mimpi masih ada mimpi.
Jika kamu bermimpi setinggi langit, percayalah ada orang lain yang mimpinya melebihi mimpi kamu.
Saya bersyukur pernah bertemu dan meniru mental “masih bisa lagi” dari orang-orang hebat.
Sebuah kesempatan langka bagi saya melihat sendiri bahwa kemampuan berjuang yang tak kenal lelah dari orang-orang hebat itu disebabkan keyakinan yang besar bahwa segala apapun di dunia ini “masih bisa lagi” untuk ditingkatkan.
Sampai di sini, kamu akan bertanya: bagaimana dengan saya? Adakah value (nilai) yang juga saya sangat yakin berlaku di dunia ini? Jawabannya tentu saja ada.
Sebuah nilai yang saya pegang erat-erat adalah, “yang cepat akan mengalahkan yang besar.”
Baca Juga: Hindari Tiga Mentalitas Ini
Masih tentang Mentalitas Masih Bisa Lagi
Jangan meremehkan kecepatan. Khususnya bagi kita yang masih membangun impian.
Cepat dalam action. Cepat mengambil keputusan. Cepat untuk eksekusi rencana. Jika kita tak punya kelebihan lain selain kecepatan, sungguh itu sudah lebih dari cukup.
Kamu masih ingat Samsung? Saat kuliah dulu, saya akan merasa minder jika hapenya Samsung karena semua orang memakai Nokia.
Pada zaman itu, Nokia sudah terlalu besar, tak ada peluang bagi merk lain untuk merebut pasarnya. Namun apa yang terjadi ketika Android dirilis?
Samsung bertindak cepat dengan menggandeng Android untuk seluruh hape mereka. Sebaliknya, Nokia hanya diam saja karena merasa sudah besar. Apa yang kamu lihat hari ini? Yang cepat mengalahkan yang besar.
Dua orang mulia, mampu mengalahkan ratusan orang-orang musyrik Mekkah yang mengejar mereka. Mengapa? Karena mereka lebih cepat dalam memutuskan untuk segera hijrah keluar Mekkah.
Kedua orang mulia ini adalah Rasulullah dan sahabatnya Abu Bakar As-Siddiq.
Kalau saja Rasulullah tidak cepat bertindak, niscaya orang-orang musyrik sudah menangkapnya.
Ketika Nabi Yusuf dihadapkan kepada Raja Mesir, sejatinya kebutuhan beliau hanya untuk menjelaskan takwil mimpi sang raja saja.
Namun di tengah perbincangan mereka berdua, Nabi Yusuf berpikir cepat dan memutuskan dengan cepat bahwa beliau harus menjadi menteri di kerajaan, demi kebaikan rakyat.
Sebagaimana dalam Surat Yusuf ayat 55,
قَالَ ٱجْعَلْنِى عَلَىٰ خَزَآئِنِ ٱلْأَرْضِ إِنِّى حَفِيظٌ عَلِيمٌ
Berkata Yusuf, “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.”
Maka renungkanlah sekali lagi, jujurlah untuk evaluasi diri. Mengapa semua planning kita gagal terwujud? Karena kita tak bertindak cepat mewujudkannya. Kebanyakan rebahan!
Mengapa kita tertinggal jauh dari orang lain yang sukses lebih dulu? Karena kita kebanyakan menunda! Menganggap kecepatan bukan hal penting.
Oleh karena itu, saya yakin sepenuhnya prinsip bahwa “yang cepat akan mengalahkan yang besar.”[ind]
Sumber: https://t.me/semangatsubuh