ChanelMuslim.com – Malam nisfu syaban identik dengan membaca yasin atau dikenal juga dengan yasinan. Tahun ini malam nisfu syaban jatuh pada Kamis malam Jumat, yaitu tanggal 17 Maret 2022. Pada malam nisfu syaban terdapat amalan yang lumrah dikerjakan. Seperti, membaca yasin sebanyak 3 kali.
Membaca yasin 3 kali diniatkan secara khusus. Yasin pertama diniatkan agar dipanjangkan umur dalam ketaatan. Yasin kedua diniatkan agar dikaruniai rezeki yang halal, berkah, dan manfaat. Dan Yasin ketiga diniatkan agar dihadiahi kematian dalam husnul khatimah dan kebahagiaan hidup di dunia hingga akhirat.
Malam nisfu ini juga memiliki kemulian, yaitu diturunkan ampunan, dikabulkan segala doa, serta malam ditetapkannya nasib manusia dalam lauhul mahfudz. Oleh karena keutamaan tersebut, malam ini tidak boleh terlewatkan begitu saja.
Baca juga: Minuman Surga Itu Ternyata Air Jahe
Hadist Amalan Malam Nisfu Syaban
Namun, riwayat yang mengkhususkan adanya amalan tertentu di malam nisfu syaban tergolong lemah hingga palsu. Sebagaimana riwayat berikut ini.
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ مِنْ شَعْبَانَ فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَصُوْمُوْا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللهَ يَنْزِلُ فِيْهَا لِغُرُوْبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُوْلُ أَلاَ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ أَلاَ مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلاَ مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلاَ كَذَا أَلاَ كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ
“Jika datang malam pertengahan bulan Sya’ban, maka lakukanlah qiyamul lail, dan berpuasalah di siang harinya, karena Allah turun ke langit dunia saat itu pada waktu matahari tenggelam, lalu Allah berkata, ‘Adakah orang yang minta ampun kepada-Ku, maka Aku akan ampuni dia. Adakah orang yang meminta rezeki kepada-Ku, maka Aku akan memberi rezeki kepadanya. Adakah orang yang diuji, maka Aku akan selamatkan dia, adakah demikian dan demikian?’ (Allah mengatakan hal ini) sampai terbit fajar.” (HR. Ibnu Majah: 1/421; HR. al-Baihaqi dalam Su’abul Iman: 3/378)
Hadis tersebut dari jalan Ibnu Abi Sabrah, dari Ibrahim bin Muhammad, dari Mu’awiyah bin Abdillah bin Ja’far, dari ayahnya, dari Ali bin Abi Thalib, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Berdasarkan statusnya hadis tersebut maudhu’/palsu, karena dalam sanadnya ada perawi bernama Ibnu Abi Sabrah yang tertuduh berdusta, sebagaimana keterangan al-Hafidz Ibnu Hajar dalam at-Taqrib . Imam Ahmad dan gurunya (Ibnu Ma’in) berkomentar tentangnya, “Dia adalah perawi yang memalsukan hadits.” (Silsilah Dha’ifah, no. 2132)
Sehingga ada baiknya tidak mengkhususkan amalan tertentu karena adanya malam nisfu ini. Namun, tetap niatkan amalan karena Allah subhanahu wa ta’ala. [Wnd/konsultasisyariah]