“PEMAHAMAN tentang konsep ketuhanan akan membentuk bagaimana seseorang memandang dunia,” ucap Akmal Sjafril dalam kelas Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta pada hari Rabu (30/8/2023) di wilayah Kalibata, Jakarta Selatan.
Menurut Akmal, meskipun istilah “Tuhan” sama, namun konsep ketuhanan pada masing-masing agama sangat berlainan.
Konsep ketuhanan itulah yang menjadi pembeda utama dari masing-masing agama dan menjadi unsur pokok pembentuk sudut pandang seseorang.
Kepala Sekolah Pemikiran Islam tersebut kemudian menuturkan konsep ketuhanan masyarakat Yunani Kuno kepada para peserta SPI Jakarta.
“Zeus adalah dewa terkuat di mitologi Yunani Kuno. Namun sebenarnya bukan dewa terkuat yang pertama. Status dewa terkuat sebelumnya telah dimiliki oleh ayah dan kakeknya (Kronos dan Ouranos). Kronos menjadi dewa terkuat setelah mengalahkan Ouranos. Zeus jadi dewa terkuat setelah mengalahkan Kronos,” ucap Akmal.
Baca Juga: Falsafah Ketuhanan karya Hamka
Konsep Ketuhanan Membentuk Sudut Pandang Umat Islam
Pria yang merupakan kandidat doktor sejarah di Universitas Indonesia juga menjelaskan sisi gelap Zeus.
Zeus mengalami paranoid yang sama dengan ayah dan kakeknya sehingga ia memakan istri pertamanya sendiri (Metis) agar tetap menjadi dewa terkuat.
Zeus juga memiliki anak dari kakak perempuannya sendiri (Demeter) yang bernama Persephone. Selanjutnya Zeus menikah Hera, saudara yang lain dengan cara memerkosanya dahulu.
Di sisi lain, Zeus memiliki banyak kekasih yang sebagiannya juga diperkosa, dan melahirkan anak setengah dewa.
“Kalau Tuhan Anda adalah Zeus, apakah Anda paham apa itu kebenaran?” tanya Akmal.
Akmal sebagai peneliti di Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) berpendapat bahwa orang Yunani Kuno akan sulit menentukan benar dan salah karena konsep ketuhanannya sendiri yang tidak dapat mencontohkan hal yang baik pada umatnya.
Namun dalam Islam, nilai benar dan salah sangat jelas dan sudah ditentukan dalam Al-Qur’an dan Sunnah sehingga umat Islam tidak akan kebingungan dalam beragama dan menentukan sudut pandangnya.
Pemahaman mengenai konsep ketuhanan ini menambah pengetahuan baru bagi para peserta SPI Jakarta, salah satunya Sarah, yang mengaku bahwa materi tersebut membuatnya semakin paham konsep tuhan yang sebenarnya.
“Pembahasannya menarik karena menceritakan sejarah ketuhanan umat lain, sehingga kita makin tahu konsep ketuhanan mana yang benar, yaitu Islam,” tuturnya.
Penulis: Nisa Auliani
[Ln]