ChanelMuslim.com – Kisah Seorang yang pada Cincinnya Tertulis Cukuplah Kematian Sebagai Peringatan, oleh: Ustaz Agung Waspodo, SE, MPP
Inilah kisah seorang pemimpin yang pada cincinnya tertulis:
كفى بالموت واعظًا يا عمر
(Cukuplah Kematian Sebagai Peringatan, Wahai ‘Umar)
Dari Aslam mawla ‘Umar ibn al-Khaththab (ra) berkata: aku keluar bersama’ Umar (ra) ke pinggiran kota Madinah, terdapat rumah petani yang kami ketahui lalu datangi. Di dalamnya terdapat wanita yang dalam persalinan lagi menangis. ‘Umar (ra) menanyai wanita itu tentang kesulitannya. Ia menjawab: “Aku adalah wanita Badui (‘Arabiyah) yang tidak memiliki apa-apa!”
Baca Juga: Diintai oleh Kematian
Cukuplah Kematian Sebagai Peringatan
Seorang pemimpin yang rajin turun ke masyarakat secara senyap untuk melihat langsung kondisi mereka tanpa hiruk-pikuk manusia.
‘Umar ibn al-Khaththab (ra) menangis (mendengarnya) dan kembali dengan cekatan ke rumahnya lalu berkata kepada isterinya, Umm Kultsum binti ‘Ali ibn Abi Thalib (ra): “Apakah bagimu (ada keinginan) mendapatkan kiriman (pahala kebaikan dari) Allah swt untukmu?” dan diceritakannya kisah tadi.
Umm Kultsum (ra) berkata: “Baiklah (aku mau)!”
Pemimpin yang shalih juga mengajak isteri dan keluarganya dalam aktivitas keshalihan.
Lalu ‘Umar (ra) memanggul di pundaknya tepung dan minyak, sedangkan Umm Kultsum (ra) membawa perlengkapan persalinan. Keduanya kembali (ke tempat tadi) kemudian Umm Kultsum (ra) masuk (membantu persalinan) wanita tersebut.
Sedangkan ‘Umar (ra) duduk (di luar) bersama suaminya yang belum dikenalnya, keduanya saling berbincang.
Pemimpin yang mau melakukan aktivitas bermakna yang kadang cenderung dianggap sepele.
Wanita tersebut melahirkan bayi laki-laki, lalu Ummu Kultsum (ra) berkata: “Wahai amirul mu’minin, beri kabar gembira kepada temanmu (suami wanita tersebut) akan bayi (yang baru lahir)!”
Setelah sang ayah mendengar kabar tersebut, ia mengagungkan (kelahiran) itu dan meminta maaf (telah merepotkan) ‘Umar (ra).
‘Umar (ra) berkata kepadanya: “Tidak mengapa (tidak merepotkan karena sudah menjadi tugasnya)!” kemudian beliau memberikan tunjangan hidup dan perlengkapan (pasca persalinan) yang layak, kemudian beliau berpaling (pulang).
Suami isteri pemimpin ummat yang konkrit tindakannya serta santun tutur bahasanya.
———
Agung Waspodo, Ahad sore yang gerimis
Depok, 2 April 2017
Menemukan hikmah ini pada halaman 132, catatan tahun 23 Hijriyah, dari Jilid ke-7 kitab al-Bidayah wa n-Nihayah karya Ibnu Katsir.
Aku tak punya amalan yang bisa kau banggakan ya Maulana. Aku baru bisa membaca kisahmu ya Baginda. Aku baru bisa menyampaikan sebagian kecil kisahmu. Mudah-mudahan sedikit itu cukup menjadi bukti cintaku padamu yaa Nabi.
Hanya berharap suatu saat aku bisa ke dekat kakimu ya Rasulullah, untuk merebahkan kepalaku seperti Ziyad ibnis Sakan atau Umarah bin Yazid.[ind]