ChanelMuslim.com – Kisah Perjuangan Maryam Qonita Melawan Corona di New York
Kisah nyata seorang sahabat, Ummi Dini dan suaminya, Ustaz Sabikin yang menceritakan tentang putrinya di New York yang terserang COVID-19. Berikut cerita lengkapnya.
Apa-apa yang dialami Imam Masjid di New York terserang VC-19), sungguh dialami juga putri saya, Maryam Qonita di New York.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Bella Saphira Pindah Agama
Kisah Perjuangan Maryam Qonita Melawan Corona di New York
Di awal-awal datangnya virus ini ke negeri itu, sekitar 1 bulan yang lalu di mana semua mahasiswa sudah tidak boleh lagi mengikuti perkuliahan di kampus, bahkan mahasiswa yang dari luar negeri diperintahkan untuk kembali ke negerinya masing-masing.
Maryam pun demikian, diminta oleh pihak LPDP untuk segera kembali ke Indonesia… tiket pesawat pun di pesan…. tapi bersamaan dengan itu, dia merasakan sesuatu terjadi dalam dirinya… dia merasa terkena gejala covid 19.
Sepulangnya dari kampus, tenggorokannya terasa sangat kering dan mulai tidak nyaman. Keesokan harinya dia mulai batuk-batuk dan mulai pusing serta lemas. Tadinya dia berpikir ini hanya perasaannya saja karena di mana-mana sudah mulai ramai orang terkena virus ini. Dia mencoba menenangkan diri.
Namun malamnya dia sama sekali tidak bisa tidur, batuk kering namun berdahak, dan dahaknya pun berwarna keruh. Barulah malam itu dia cerita kepada kami lewat WA dan mengabarkan bahwa dia tidak bisa pulang, tiket pesawatnya dibatalkan karena dia sekarang sakit. Kami semua sempat shock, tapi kita semua berusaha untuk tetap tenang dan tidak panik, karena pastinya dia butuh kami untuk mendengar apa yang dia rasakan.
Kami semua menyarankan agar segera dites atau periksa ke rumah sakit terdekat…
Keesokan harinya, persis apa yang dialami Bapak Aji Jumena, Presiden Masjid Al Hikmah New York. Maryam diminta oleh pihak medis untuk karantina mandiri di tempatnya tinggal tanpa menerima pelayanan medis sedikitpun.
Maryam menerima kenyataan ini dan dia harus menjalaninya sendirian. Kami yang di Indonesia tidak pernah berhenti untuk terus memantau dan memberinya dorongan semangat bahwa semua itu pasti bisa dia lewati.
Sungguh tidaklah bohong. Hari ke-5 sepertinya dia menangis, dia tidak lagi mampu bicara, dia sampaikan kepada kami bahwa dia tidak bisa bangun dari tempat tidur.
Dia sesak dan tidak bisa bernafas, dadanya seperti terbakar, dia katakan lewat tulisannya di WApada kami, betapa banyaknya seperti batu-batu besar yang membebani dadanya sampai dia betul-betul tidak bisa bangun, dia hanya bisa berbaring menahan sesak nafas.
Dia ingin minum…dia ingin berjalan ke kamar mandi… tapi dia enggak bisa lakukan itu. Dia bilang, dia cuma bisa menangis menahan sakit bernafas dan rasa terbakar di dadanya.
Pada kondisi seperti itu, dia mengucapkan kata maaf kepada kami…itulah saat yang paling sakit dalam hidup saya sebagai seorang ibu, jauh dan tidak ada di sisinya… tapi sungguh wallahi.. saya tidak menunjukkan rasa perih saya padanya, saya katakan: “Kamu bisa lewati masa-masa ini… kamu kuat, kamu dipilih Allah untuk Allah angkat derajatmu karena pahala sabar yang kamu jalani sekarang….”
Kemudian saya minta dia untuk tayamum, sholat dua rokaat sambil berbaring, lakukan itu dengan bersabar.
Setelah sholat, saya minta dia membaca surat alfatihah ke atas dua belah tangannya, dan kirimkan surat alfatihah tersebut untuk dirinya sendiri…. “sebutkan namamu dan bintimu… lalu mintalah sama Allah utk sembuhkan penyakitmu…”
Setelah dia selasai lakukan itu, katanya dia sudah lebih tenang… alhamdulillah…
Walaupun masih terasa sesak dan panas di dada… dan belum bisa tidur…
Saat itu saya ingatkan dia untuk lakukan terapi tapping…agar dia ikhlas menjalani dan menerima sakitnya ini…
Maryam anak yg taat terhadap saya, ibunya, dia ikuti, dia tapping diri sendiri… dia harus yakini dirinya sendiri, bahwa dia ikhlas menerima semua ini karena Allah…semua datang dari Allah dan akan kembali kepada-Nya… percakapan tidak lanjut.
Saya biarkan dia menjalini tappingnya sendiri, dan sayapun ambil wudhu dan sholat dua rokaat, mengirimnya alfatihah, membayangkan wajahnya… menangis pada Allah, menyerahkan pada-Nya semuanya dan meminta 1 permintaan, yaitu sehatkan dia kembali…
Sungguh… itulah hari ke-5 hari di mana masa-masa kritis dia terinfeksi covid-19…
Esok harinya, dia mengabari bahwa dia sudah bisa bangun, sudah bisa duduk dan sudah bisa bangun untuk berwudhu, sholat subuh… sungguh ini sebuah mukjizat katanya… alhamdulillah ya Allah…Engkau mengabulkan doa-doa kami…. selanjutnya hari-hari ke sini, dia semakin membaik…. dan Maha Suci Allah… di hari yang ke-15 dia sudah berjalan ke supermaket untuk membeli keperluan sehari-hari… karena selama karantina, dia tidak sempat menyediakan kebutuhan dia, keburu sakit… hanya delivery saja saat dia butuh untuk makan…
Alhamdulillah ya Allah… semua sudah terlewati… Maryam sudah benar-benar sehat sekarang… hari ini Professornya heran mengetahui maryam masih berada di New York dan bertanya “Apakah Anda selamat?” Maryam jawab, “Yes I am”
Ummahat mohon maaf, panjang sekali saya menceritakan kisah nyata, penyakit yang mendunia ini ternyata telah mampir ke tubuh putriku di New York… semoga kisah ini bisa memberikan manfaat buat semua… dan Maryam mohon doa ibu-ibu di sini agar dia senantiasa Allah jaga… aamiin… Haturnuhun.[ind]