ChanelMuslim.com – Ketika Shalahuddin Al Ayyubi wafat tentunya meninggalkan banyak duka bagi umat Muslim. Jasa-jasanya akan selalu diingat. Selain itu, kita bisa saja menjadikan Shalahuddin sebagai inspirasi terkait perjuangannya dalam Islam.
Baca Juga: Fakta-fakta Pembebasan Al Aqsa pada Masa Shalahuddin
Ketika Shalahuddin Al Ayyubi Wafat
Dikutip dari channel telegram Generasi Shalahuddin @gensaladin, kalau diukur, sebenarnya usia Umat Rasulullah itu pendek sekali dibandingkan usia umat-umat sebelumnya.
Nabi Nuh saja berdakwah sampai 950 tahun, bani Israil banyak yang dikaruniai umur sampai 3 abad. Sedangkan umat Rasulullah berkisar dari 60-70 tahun rata-rata.
Namun, di usia yang pendek itu, ada banyak umat Rasulullah yang mencurahkan waktu terbaiknya demi Islam. Ada yang usianya ia wakafkan di atas kuda dari Sungai Nil ke Sungai Eufrat untuk memastikan negeri muslimin aman.
Ada yang kehilangan senyumnya ketika Al Aqsha terjajah 88 tahun lamanya.
Salah seorang pahlawan yang namanya abadi dalam hati kita, dalam buku-buku sejarah dunia dan terukir megah di alam malaikat, namanya Shalahuddin Al Ayyubi. Nama itu, membuat kita bergetar ketika mendengarnya.
Nama seorang lelaki yang tak hanya menyatukan kaum Muslimin setelah terpecah belah, tetapi juga memberi hadiah terbesar dengan bebasnya Masjid Al Aqsha.
Hati yang bening, yang membuat Shalahuddin tak sampai hati menyunggingkan senyumnya ketika melihat kaum Muslimin di Palestina hidup terzalimi.
“Bagaimana mungkin aku tersenyum, padahal Baitul Maqdis terjajah!”
Beliau lahir pada 1137 Masehi dan wafat pada 4 Maret 1193, bertepatan dengan 27 Shafar 589 Hijriah.
Wafatnya Shalahuddin dideskripsikan oleh banyak sekali ulama dan sejarawan sebagai hari yang sangat sendu dan setiap jiwa merasakan mendung yang gelap.
Kepergian sang pahlawan begitu mengangetkan banyak rakyat yang sangat mencintainya. Seorang Ulama dan juga sejarawan, Ibnu Syaddad menuturkan, “Wafatnya Shalahuddin adalah bencana terbesar yang menimpa kaum Muslimin sejak hancurnya Khulafaur Rasyidin.”
Beliau melanjutkan dalam buku Biografi Shalahuddin yang ia tulis.
“Seringkali aku mendengar pepatah yang mengatakan ‘Ku harap aku dapat mati menggantikan dirinya’ aku kira itu hanya perumpamaan.
Namun, aku mengerti arti kalimat itu ketika Shalahuddin wafat. Aku harap aku dapat menggantikan Shalahuddin!” [Cms]