KETIKA al-Razi mengobati pasien epilepsi. Dalam suatu riwayat mengatakan bahwa suatu hari ia sedang jalan-jalan, kemudian ia melihat kerumunan manusia yang mengelilingi seorang laki-laki sedang mengalami penyakit epilepsy (ayan) terkapar di tanah.
Setelah mengamatinya, lalu ia memukul dengan keras kedua telapak kaki lelaki itu. Tidak lama kemudian orang itu sadar kembali, padahal orang-orang mengira bahwa lelaki tersebut telah mati.
Sesudah peristiwa itu, al-Razi dipanggil oleh Khalifah al Mansyur untuk memberikan klarifikasi atas peristiwa tersebut, seolah-olah sihir atau mukjizat. Lalu, ia menjawab:
“Sesungguhnya orang itu sakit karena sengatan panas matahari, dan obatnya ialah mengaktifkan kembali peredaran darah dalam tubuhnya.”
Al-Razi telah menulis 229 buku dalam ilmu kedokteran, dan sebagian bear buku itu telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia, dan ditetapkan sebagai literature ilmiah dalam ilmu kedokteran di seluruh dunia.
Ia juga dikenal sangat menguasai ilmu kimia, salah satu praktikum kimia yang pernah ia lakukan adalah memasukkan beberapa perkakas dan alat-alat praktikum yang belum dikenal sebelumnya dalam dunia sains dan teknologi.
Hasil dari praktikum tersebut, ia membagi bahan kimia kepada: hewani, nabati, dan ma’adin. Kemudian membagi bahan Ma’adin (metal) menjadi enam bagian sesuai dengan sifatnya yang khusus.
Baca Juga: Kisah Wanita Ayan yang Tak Meminta Kesembuhan
Ketika Al-Razi Mengobati Pasien Epilepsi
Adapun salah satu bukunya yang berjudul “asrar al-Asrari” (Rahasia segala Rahasia) menerangkan segala khasiat dan cara-cara membuat bahan, memurnikannya, mencampur dan memisahkannya.
Buku ini merupakan rujukan kimia terpenting yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Buku ini terdapat di berbagai Universitas Jerman berikut naskah aslinya yang berbahasa Arab.
Di antara bukunya dalam ilmu kimia berjudul “al-Mansyuri”. Judul buku diambil dari nama sahabatnya di Khurasan yang bernama Abu Shaleh Manshur.
Ia telah mendiskusikan buku ini bersama al-Hilem yang sering mengajak para penggemar kimia pada waktu itu, yakni menciptakan emas dari bahan metal yang murah.
Kemudian Khalifah al-Mansyur mengundang al-Razi dan memerintahkan untuk membuktikan kebenaran teorinya tersebut. Namun al-Razi menolak permintaan al-Mansyur, maka al-Mansyur memerintahkan untuk memukulkan kitabnya itu ke kepalanya hingga robek.
Maka dipukullah ilmuwan yang tiada bandingannya itu hingga menimbulkan kesedihan mendalam pada dirinya, akibat pukulan tersebut menyebabkan ia menjadi buta dan lumpuh.
Ia menolak dioperasi mata yang akan dilakukan kepadanya karena ia tidak mau melihat lagi al-Mansyur dan pengawalnya.
Pada tahun 1924, ia tutup usia dalam keadaan miskin meskipun beliau adalah seorang ilmuwan yang besar. Tidak ada yang ditinggalkannya selain ilmu kedokteran yang menjadi standar bagi para dokter di mana saja dan kapan saja.
Dan yang patut dibanggakan lagi adalah akhlaknya yang begitu tinggi kepada semua orang. Ia adalah kebanggaan bagi kaum Muslimin sepanjang masa.
Inilah sekelumit riwayat hidup Dr. Abu Bakar Muhammad bin Zakaria al-Razi, seorang dokter kenamaan yang telah menghasilkan 19 karya tulis tentang ilmu kimia dan selalu mengobati para fakir miskin dengan gratis dan membelikan mereka obat-obatan dengan uang pribadinya.
Karya-karyanya banyak dijadikan rujukan oleh para dokter sekarang. Semoga kita mampu mengikuti jejak langkahnya, agar masa kejayaan Islam yang dibangun oleh para khalifah terdahulu akan kembali bangkit. Amin.[ind]
sumber: Pejuang dan Pemikir Islam dari Masa ke Masa. Hidayatullah Abdul Latif. Iqra Insan Press: 2005.