Chanelmuslim.com – Semua keberhasilan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam Perang Badar dan merebut hati kaum Anshar di Madinah membuat hati Abdullah bin Ubay berubah semakin sesak karena dengki.
“Jika ini dibiarkan, lenyap sudah impianku untuk menjadi pemimpin Madinah lagi seperti dulu!” demikian pikirnya. “Aku harus mencari jalan untuk menjauhkan Muhammad dari umatnya.”
Abdullah bin Ubay mulai menebarkan desas-desus, “Mengapa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam memberi bagian harta rampasan kepada Utsman bin Affan? Padahal, Utsman tidak ikut ke Perang Badar! Ini pasti karena Utsman lebih dicintai dari kita semua!”
Baca Juga: Abdullah bin Mas’ud dari Penggembala jadi Pemegang Rahasia Rasulullah
Ketika Abdullah bin Ubay Menghasut Nabi
Namun para sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam segera mendatangi Abdullah bin Ubay dan memberinya peringatan agar tidak menyebarkan desas-desus. “Utsman sudah berkeras ingin pergi, tetapi Rasullullah Shallallahu Alaihi Wasallam memerintahkan agar tinggal di rumah dan merawat Rukoyah, putrinya yang sedang sakit! Jadi, sebenarnya Utsman juga berhak atas rampasan perang!” demikian kata beberapa sahabat.
Abdullah bin Ubay terdiam, tetapi ia pun mencari jalan lain. Kemudian disebarkannya desas-desus “Muhammad itu mengajarkan agar kita berpaling dari harta dunia, tapi sebenarnya harta tebusan yang banyak itu ia gunakan untuk makan dan minum enak serta memiliki perabotan rumah yang mewah layaknya Kaisar Persia!”
Sambil menebarkan desas desus itu Abdullah bin Ubay diam-diam mendatangi seorang wanita Anshar dan menyuruhnya memberikan permadani yang indah dan sangat mahal kepada Bunda Aisyah.
Tanpa curiga, Bunda Aisyah yang masih muda pun menerimanya dengan riang.
Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mendengar berita ini, beliau segera pulang dan mendapati ibunda Aisyah sedang duduk-duduk di atas permadani yang mahal itu. Wajah bunda Aisyah berseri-seri memiliki perabotan seindah itu.
“Aisyah,apa ini?” tanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam
“Seorang wanita Anshar datang ke sini dan melihat tikarmu,” jawab Bunda Aisyah. “Ia kemudian mengutus orang agar menyampaikan permadani ini kepadaku.”
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam menyuruh Bunda Aisyah mengembalikan permadani itu. Kemudian beliau tidur di atas tikarnya yang biasa.
Abdullah bin Ubay walaupun telah menyatakan diri sebagai Muslim dia tetap bersikap keras kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam yang menganggap Rasulullah tidak adil karena dianggap perampas kekuasaannya akan dipegangnya sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam datang ke Madinah. Abdullah bin Ubay pun selalu berusaha memalingkan manusia dari ajaran Islam.
Umar Bin Khathab bergegas mendatangi rumah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Ia ingin membuktikan bahwa desas-desus yang disebarkan orang tentang Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang memiliki perabot mewah itu sama sekali tidak benar.
Ketika Umar sampai di rumah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, sama sekali tidak dilihatnya perabot-perabot mewah yang didesas desuskan itu. Rumah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tetap seperti dulu, tidak ada sama sekali yang berubah. Mengetahui Umar Bin Khattab datang, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bangun dari atas tikarnya. Seketika itu, Umar melihat bekas-bekas tikar yang kasar menempel pada tubuh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Tidak kuat menahan haru akhirnya Umar menangis.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berpaling heran lalu beliau bertanya lembut, “Ya Umar, Apa yang menyebabkan kau menangis?”
“Bagaimana aku tidak akan melahirkan air mata jika aku melihat bekas-bekas tikar itu melekat pada tulang rusukmu. Hanya inilah harta kekayaanmu yang aku tahu. Sedangkan Kaisar Romawi dan Persia hidup dalam gelimangan harta benda.”
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam merasakan betul kesedihan Umar. Beliau lalu menghibur Umar dengan memberikan pelajaran bahwa nilai seseorang tidaklah ditentukan oleh harta kekayaan yang dimilikinya, tetapi tergantung pada kemampuannya untuk menyebarkan kebahagiaan kepadanya orang lain. Kebajikan akan membuat seseorang menjadi kekal. Orang yang terus-menerus melakukan kebaikan akan menghasilkan buah kebaikan pula untuk selama-lamanya.
Dengarlah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam agar kita selalu bersyukur. “Apabila diantara kamu sekalian melihat orang yang dianugerahi harta dan rupa maka hendaklah ia melihat orang yang lebih rendah daripada mereka karena hal itu lebih pantas agar kamu tidak merasa kekurangan nikmat yang Allah berikan kepadamu.” (w)
kisah diambil dari berbagai sumber siroh nabawiyah “Syaikh Shafiyyur Rahman al Mubarakfurry” (wagroup onedayonesiroh)