MELALUI kisah Hajar yang ditinggal oleh Ibrahim bersama Ismail di padang tandus atas perintah Allah, kita bisa saksikan keteguhan akidah Hajar selama berada di sana. Bagaimana Allah telah memuliakan Hajar setelah memberikannya ujian yang sangat berat.
Sebelumnya Hajar tidak mengetahui bahwa perpisahannya dengan Ibrahim akan meninggikan kedudukannya di sisi Allah bahkan juga menjadi teladan wanita sepanjang zaman.
Aqidah yang menghujam pada Hajar tidak begitu saja membuahkan hasil. Ada jerih payah yang telah ia kuras dengan berjalan dari Shafa ke Marwa yang jaraknay sekitar 450 meter sebanyak tujuh kali. Di tengan padang pasir yang panas, juga amanah bayi mungil Ismail yang harus ia cukupi kebutuhannya.
Baca Juga: Doa Nabi Ibrahim Setelah Meninggalkan Hajar dan Ismail
Keteguhan Akidah Hajar Selama Berada di Padang Tandus
Allah tentu bisa saja mengalirkan mata air zamzam sesegera mungkin saat Hajar baru mulai mencarinya, namun Allah ingin mendidik kepada umat manusia seluruhnya untuk mendobrak kemalasan, kebodohan, kejumudan dengan usaha keras, optimisme dan keyakinan yang kuat akan pertolongan Allah.
Keyakinan ini harus disertai usaha, apapun yang ingin kita capai. Jika Allah belum juga memberikan apa yang kita harapkan bisa jadi ada yang salah dengan cara kita berusaha, mungkin usaha kita belum optimal, mungkin pula keyakinan kita belum benar.
Zamzam tidak hadir dari usaha pencarian Hajar dari Shafa ke Marwa, namun air zamzam memancar justru di dekat kaki bayi yang mungil tak tahu apa-apa. Ini memberi ibrah kepada kita bahwa solusi hadir bukan karena keperkasaan manusia, namun karena pertolongan dari Allah.
Itulah mengapa kita selalu dianjurkan untuk mengucap “Alhamdulillah” (segala puji bagi Allah).
Manusia harus diuji untuk mengetahui sejauh mana kekuatan aqidah yang dimilikinya dan seberapa berkilau keimanannya karena pertolongan Allah berbanding lurus dengan keyakinan dan bertentangan dengan keputus asaan.
Dan siapa yang akan menyangka pada saat itu, bahwa aqidah Hajar membuahkan peradaban yang besar. [Ln]