ChanelMuslim.com – Kekeliruan seputar masalah taubat. Menganggap bahwa taubat hanya layak dilakukan apabila telah yakin bahwa dirinya tidak akan kembali bermaksiat.
Menunda-nunda bertaubat karena khawatir dirinya akan mengulangi kemaksiatan yang sama.
Baca Juga: Taubatnya Orang yang Meninggalkan Sholat
Oleh: Ustaz Abdullah Haidir, Lc.
Menganggap bahwa taubat hanya layak dilakukan apabila telah yakin bahwa dirinya tidak akan kembali bermaksiat.
Menunda-nunda bertaubat karena khawatir dirinya akan mengulangi kemaksiatan yang sama.
Kian larut dalam maksiat tanpa keinginan mengurangi. Menganggap bahwa hal tersebut tak bermanfaat selama masih suka berdosa.
Baca Juga: Allah Senang pada Orang yang Bertaubat
Masalah Taubat, Tekad Tidak Kembali Bermaksiat
Jika kembali berbuat dosa, dirinya menganggap telah mempermainkan taubat dan bersikap munafik.
Lebih mengedepankan motivasi duniawi ketimbang ikhlas semata karena Allah seraya berharap ridho dan ampunan-Nya.
Rancu dalam memahami antara tekad tak kembali bermaksiat dengan jaminan tidak kembali bermaksiat.
Tekad tidak kembali bermaksiat adalah syarat taubat. Tapi jaminan tidak kembali bermaksiat bukan syarat taubat.
Meninggalkan kewajiban-kewajiban agama dan menjauhi majelis orang-orang sholeh dan majelis zikir dengan anggapan dirinya masih penuh kotoran maksiat.
Hanya suka membesar-besarkan dosanya, lupa dengan kemurahan dan ampunan Allah yang lebih besar.
Tidak bertaubat lagi jika ternyata mengulangi maksiat dengan anggapan taubat berikutnya tidak diterima.
Yang benar, jika bermaksiat lagi, taubat lagi… bermaksiat lagi, taubat lagi. Kalahkan setan oleh taubatmu sebelum dia mengalahkanmu dengan keputusasaanmu.
Syaikh Sholih al Fauzan hafidzahullah menerangkan tentang syarat-syarat taubat dalam fatwa beliau :
“Syarat taubat yang nasuha adalah meninggalkan dosa, bertekad untuk tidak mengulanginya, menyesal dengan dosanya yang telah lalu dan mengembalikan harta atau kehormatan kepada orang yang telah dizholimi serta meminta maaf kepadanya. Jika syarat ini telah terpenuhi maka taubatnya telah shohih.”(al-Muntaqo 46/27)
Beliau menambahkan: “Tidak mengharuskan baginya untuk mengqodho’ sholat dan puasa yang pernah ditinggalkan, namun hendaknya ia memperbanyak amal sholih , istighfar dan taubat. Allah Subhanallahu wa Taala akan menerima taubat orang yang bertaubat.” (al-Muntaqo 46/28).
Sebelum nyawa sampai kerongkongan, atau matahari terbit dari barat, tidak ada yang menutup pintu taubat, selama ikhlas…
Mari kita bertaubat….. Astaghfirullahal azhim wa atuubu ilaih.[ind]