KEDUDUKAN seorang hamba di sisi Allah dapat terlihat dari responnya terhadap aturan-aturan Allah. Bagaimana cara ia memaknai keimanan dan bagaimana cara ia membangun kedekatan dengan Allah.
إِذَا أَرَدْتَ أَنْ تَعْرِفَ قَدْرَكَ عِنْدَهُ فَانْظُرْ فِيْمَا يُقِيْمُكَ
“Jika engkau ingin mengetahui kedudukanmu di sisi Allah, maka perhatikanlah dimana Dia menempatkanmu.” (Ibnu Athaillah)
Baca Juga: Kedudukan Seorang Ibu dalam Islam, dari Hak Asuh Sampai Izin Perang
Kedudukan Seorang Hamba di Sisi Allah
Penjelasan:
1. Fudhail bin ‘Iyadh menjelaskan, “Sesungguhnya seorang hamba kepada Allah adalah menurut kedudukannya di sisi-Nya, atau kedudukan Allah dalam jiwanya.”
2. Abu Thalib Al-Makky berkata, “Apabila seorang hamba mengenal Allah, ia tentu akan menghormati-Nya, memuliakan-Nya dengan kecintaannya, kerelaannya, demikian juga Allah akan memandangnya bersama rahmat dan kasih sayang-Nya.”
3. Seorang hamba yang ta’at kepada Allah maka dalam segala hal ia mendahulukan Allah, ia tidak ingin kompromi dalam hubungannya dengan Allah, ia pasti mendahulukan Allah dalam menetapkan waktu ibadah dan disiplin dalam zikir dan membaca Al Qur’an, serta amalan lain yang sudah menjadi rutinitas baginya.
4. Kedudukan hamba dihadapan Allah subhanahu wa ta’ala adalah bagaimana dia menjalankan amal ibadah yang menjadi kewajibannya; ibadah hamba itu yang memastikan bahwa ia dekat dengan Allah.
5. Tanda Allah dekat dengan seorang hamba adalah ketika dia disibukkan mengabdi kepada-Nya dan tanda Allah menjauh dari seorang hamba ketika dia menjadi hamba dunia.
Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan,
مِنْ عَلاَمَةِ إِعْرَاضِ اللهِ تَعَالَى عَنِ العَبْدِ أَنْ يَجْعَلَ شُغْلَهَ فِيْمَالَا يَعْنِيْهِ
“Termasuk tanda bahwa Allah berpaling dari seorang hamba adalah Dia menjadikannya si hamba sibuk pada hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.”
6. Tanda Allah menginginkan kebaikan kepada seseorang adalah ia dijadikan pegawai Allah, sehingga ia selalu disibukkan dengan kebaikan sampai akhirnya.
عَنْ أَنَسْ قَالَ: قَاَل سول الله صلى الله عليه وسلم: «إذا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ» فَقِيْلَ: كَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ ياَ رَسُوْلَ اللهِ؟ قَاَلَ: «يُوَفِّقُه ُلِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ المَوْتِ»:
Dari Anas radhiyallahu anhu ia berkata bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Allah taala menghendaki kebaikan pada seorang hamba, maka Allah akan mempekerjakannya.”
Para sahabat bertanya, “Bagaimana mempekerjakannya?” Beliau menjawab, Allah akan memberikan taufiq kepadanya untuk beramal shaleh sebelum kematiannya.
(HR. Ahmad dan At Tirmidzi. Syaikh Al Albani menshahihkannya dalam As Silsilah Ash Shahih 1334)
Catatan: Ustaz Faisal Kunhi M.A