RENDAH hati merupakan salah akhlak seorang muslim. Lawan dari sifat baik ini adalah sombong.
Orang yang memiliki kelebihan biasanya cenderung angkuh atau sombong. Kelebihan apa saja. Mulai dari apa yang ada dalam diri seperti rupa yang baik, cerdas, soleh, atau yang ada di luar tubuh seperti harta.
Jangan salah istilah, rendah hati dan bukan rendah diri. Karena rendah diri maknanya lain lagi. Yaitu, semacam imperiority atau merasa tidak yakin dengan keadaan diri sendiri.
Di sinilah godaannya. Orang yang Allah anugerahkan berbagai kelebihan biasanya akan ‘dikunjungi’ banyak setan. Tentu bukan setan yang seperti pocong atau lainnya. Tapi yang membisikkan hati.
Lawan dari rendah hati adalah tinggi hati. Proses perubahannya terjadi secara bertahap. Sekali lagi, hal ini biasanya karena ada ‘provokasi’ dari setan agar merasa angkuh karena kelebihan.
Orang yang angkuh tergolong yang sulit masuk surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan hal itu. Bahwa, orang yang ada dalam hatinya sedikit saja dari sifat sombong, tidak akan masuk surga.
Apa sih arti sombong itu? Sombong bukan karena menunjukkan kelebihan atau keunggulan. Bukan pula karena busana atau hal lain yang dikenakan atau digunakan.
Sombong menurut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ada dua ciri. Yaitu, menolak apa yang datang dari Allah dan merendahkan manusia.
Mungkin pada ciri yang kedua itu yang lebih rawan terjadi pada diri kita. Yaitu, ada sifat merendahkan orang lain.
Ketika orang memuji kita, mungkin karena rupa, harta, cerdas, bahkan kesolehan; biasakan untuk tidak terpancing. Sadarkan diri bahwa semua yang kita miliki hanya milik dan anugerah Allah seratus persen. Bukan karena jerih payah kita.
Jangan biasakan apriori dengan pendapat atau gagasan orang lain. Cerna terlebih dahulu, baru kemudian berikan masukan dan bukan penolakan.
Biasakan untuk menghargai segala pemberian dari orang lain. Sekecil apa pun pemberian itu. Jangan bayangkan tentang nilai pemberiannya, tapi pada nilai pengorbanan orang yang memberikan.
Nilai sebuah pemberian atau hadiah sangat relatif. Tapi menilai atau melihat sisi pengorbanan dan perhatian si pemberi, hal itu akan menyadarkan kita betapa perlunya sebuah penghargaan.
Usahakan untuk tidak menolak pemberian makanan atau minuman. Meskipun tidak disukai, setidaknya sekadar untuk dicicipi atau menunjukkan rasa bahagia dan terima kasih.
Latihan sikap lain agar bisa terhindar dari sifat sombong adalah biasakan diri untuk mengucapkan terima kasih atau doa balasan yang terbaik dari Allah kepada si pemberi. Meskipun pemberian itu sekadar saran atau masukan kecil.
Teladanilah para sahabat Rasul saat berinteraksi sesama mereka. Yaitu, sifat rendah hati sesama mereka. Hal ini Allah abadikan dalam Al-Qur’an.
“Wahai orang-orang beriman, siapa yang murtad dari agamanya, maka kelak akan Allah datangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai Allah, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang beriman tapi keras terhadap orang kafir…” (QS. Al-Maidah: 54)
Semoga kerendahan hati menjadi ciri kita, di hadapan orang banyak maupun dengan orang per orang. [Mh]