KEBAHAGIAAN anak Indonesia memprihatinkan. Indonesia menempati peringkat 84 dari 137 negara dan berada di antara 53 negara dengan indeks kebahagiaan terendah di dunia.
Tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional. Saat ini, populasi anak-anak mencapai 27 persen penduduk dunia.
UNICEF merilis hasil penelitian yang mereka lakukan ihwal kebahagian anak. Lalu dibuatlah ranking negara-negara berdasarkan tingkat kebahagiaan anak.
Hasilnya, Belanda berada di peringkat pertama. Disusul Norwegia, Islandia, Finlandia, dan Swedia. Di manakah posisi anak Indonesia? Entahlah, tak ada dalam daftar itu.
Secara umum, indeks kebahagiaan manusia Indonesia memang memprihatinkan. Berdasarkan laporan World Happiness Report 2023, Indonesia memperoleh skor 5,277 pada indeks kebahagiaan 2023.
Dengan skor itu, Indonesia menempati peringkat 84 dari 137 negara. Indonesia berada di antara 53 negara dengan indeks kebahagiaan terendah di dunia.
Di level Asia Tenggara, tingkat kebahagiaan masyarakat Indonesia juga termasuk terendah. Berada di peringkat keenam dari sembilan negara ASEAN.
Singkatnya, penduduk Indonesia masih jauh dari kata bahagia.
Baca juga: Hari Anak Nasional, Selamatkan Anak Indonesia
Kebahagiaan Anak Indonesia Memprihatinkan
Penulis buku Journey to the Light Uttiek M. Panji Astuti menulis, banyak orangtua yang menganggap dirinya sudah cukup memberikan kebahagiaan untuk anak-anaknya.
Selama tidak ada komplain dari anak-anak, maka semuanya baik-baik saja.
Tak sedikit dari orangtua yang sejatinya adalah anak-anak yang terjebak dalam tubuh orang dewasa.
Mereka mengatasnamakan kebahagiaannya sebagai kebahagiaan anak. Padahal, apa yang mereka lakukan justru membuat anak terluka secara psikologis.
Dari survei nasional diagnosa kesehatan mental anak dan remaja di Indonesia, tercatat 55% terdiagnosa mengalami gangguan psikologi. Namun hanya 2,6% mendapat layanan konseling.
Gangguan psikologi itu bermacam bentuk dan tingkatannya. Yang paling banyak muncul adalah gangguan kecemasan.
Hal ini ditandai dengan munculnya perasaan takut, khawatir, hingga cemas yang terus-menerus.
Jika dibiarkan, kemampuan anak dalam bermain, belajar, hingga bergaul dengan teman-temannya akan bermasalah dan tak sedikit yang terbawa sampai dewasa.
View this post on Instagram
Islam telah menyontohkan bagaimana seharusnya membuat anak bahagia.
Abu Hurairah meriwayatkan, suatu kali Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mencium Hasan bin Ali dan didekatnya ada sahabat Al-Aqra’ bin Hayis At-Tamimi sedang duduk.
Sahabat itu kemudian berkata, “Aku memiliki sepuluh orang anak dan tidak pernah aku mencium seorang pun dari mereka.”
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam segera memandang padanya dan berkata,
“Man laa yarham laa yurham, barangsiapa yang tidak mengasihi, maka ia tidak akan dikasihi.” [HR. Bukhari di Kitab Adab, hadits nomor 5538].
Penelitian modern menunjukkan, anak yang sering dicium orangtuanya akan memiliki perasaan dicintai, dibutuhkan, dianggap berharga keberadaannya, hingga akhirnya menumbuhkan rasa percaya diri dan sifat positif dari dalam dirinya.
Jadi, sudahkah kita mencium si buah hati hari ini? Selamat Hari Anak Nasional.[ind]