JANGAN terburu-buru menasihati perkara berat. Dalam artian, nasihat baru bisa diterima oleh si penerima nasihat ketika hatinya bisa kita dapatkan terlebih dahulu.
Maksudnya, sebelum memberi nasihat, kita perlu memenangkan hatinya agar nasihat mudah diterima.
Jangan sampai kita memberi nasihat, tetapi sebenarnya yang diberi nasihat tidak memahami apa yang kita maksud.
Baca Juga: Surat Luqman, Nasihat Indah dari Seorang Ayah untuk Anaknya
Jangan Terburu-buru Menasihati Perkara Berat
Dikutip dari channel telegram Generasi Shalahuddin, seorang guru di Mesir pernah menasihati, “Kasb al qulûb muqaddam ala kasb al mawâqif.”
Meraih hati seseorang diutamakan lebih dahulu sebelum bicara tentang hal-hal yang berat.
Kira-kira seperti itu arti sederhananya. Itu juga yang dikatakan Bung Hatta pada Bung Karno ketika beliau sedang maju mundur memikirkan, apakah ia bisa memimpin rakyat Indonesia.
Hatta meyakinkan, “Anda bisa menyentuh hati rakyat, Bung.”
Kalau memang kita ingin memberi pengaruh baik, jangan buru-buru bicara nasihat padat yang pening dan detail.
Jangan tergesa-gesa langsung bicara prinsip berat yang mengernyitkan dahi.
Ta’aruflah dulu, bincang-bincang santailah dulu. Sebelum kita duduk di bangku yang sama membahas negara, agama dan peradaban; kita perlu menemukan dulu kesesuaian hati.
Menemukan frekuensi. Bisa dengan jalan-jalan, makan jajanan atau sekadar nongkrong bersama di teras depan.
Semoga kita semua bisa lebih bersabar dalam menasihati. [Cms]