ChanelMuslim.com- Idul fitri itu hari berbuka puasa. Fithri itu berarti berbuka puasa. Sehingga Idul fitri adalah hari kembali berbuka, boleh makan dan minum. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bagi orang yang berpuasa akan merasakan dua kebahagiaan: (1) kebahagiaan ketika berbuka dan (2) kebahagiaan ketika berjumpa dengan Allah.” (HR. Muslim, no. 1151).
Dikutip dari buku “Fikih Lebaran” karya Muhammad Abduh TuasikaI, idul fitri berasal dari kata Id (‘ied) dan fitri (fithri). ‘Ied itu berarti pengulangan karena berulang terus setiap tahunnya atau berulangnya kembali kesenangan.
Bentuk plural dari kata ‘ied adalah a’yaad. Dulu ada perayaan-perayaan jahiliah, lalu diganti dengan perayaan Idulfitri dan Iduladha. Lihat Al-Mu’tamad fii Al-Fiqh Asy-Syafii, 1:549.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lebaran berarti hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan.
Lebaran adalah sebutan sekaligus untuk Idulfitri dan Idul adha. Lebar-an dalam bahasa Jawa artinya sudah-an/ setelah-an atau sesudahnya/ setelahnya.
Lebaran Idul fitri bisa juga disebut dengan lebaran mudik karena ketika itu ada aktivitas mudik, yaitu pulang ke kampung halaman.
Ketika berhari raya Idul fitri, muslim yang berpuasa merasakan pula dua kebahagiaan di atas. Karena Idul fitri adalah hari raya di mana kaum muslimin tidak lagi berpuasa atau Kembali berbuka.
Ini berarti orang yang berpuasa ketika berhari raya merasakan kebahagiaan. Sedangkan kebahagiaan kedua adalah ketika berjumpa dengan Allah Subhanahu wa Taala.
Maksudnya kata Ibnu Rajab rahimahullah, orang yang berpuasa akan mendapatkan pahala yang tersimpan di sisi Allah dari amalan puasanya.
Baca Juga : Idul Fitri di Tengah Pandemi
Ia akan mendapatkan pahala yang lebih baik di sisi Allah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
“Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.” (QS. Al-Muzammil: 20).
“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (di mukanya)” (QS. Ali Imran: 30).
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Al-Zalzalah: 7). Lihat Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 280.
Demikian.[Ind/Wld].
Baca Juga : Kemenangan Semu Idul Fitri