BAGAIMANA hukumnya membaca Al-Qur’an dengan jahr bagi seorang makmum?
Ustaz Slamet Setiawan menjawab.
Sebagaimana sudah menjadi kesepakatan para ulama, bagi seorang makmum, yang sunnah adalah membaca dengan sirr atau pelan, dan makruh hukumnya jika seorang makmum menjahrkan bacaannya.
Demikian sebagaimana dapat kita baca penejelasan Imam an-Nawawi (w. 676 H) dalam al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab.
Ia juga mengemukakan bahwa yang diperintahkan bagi makmum adalah mendengarkan bacaan imam, sehingga ia tidak mengganggu bacaan imam tersebut.
Ibn Hajar al-Haitami (w. 974 H) di dalam al-Minhaj al- Qawim juga mengemukakan:
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
“Dan makruh mengeraskan bacaan shalat pada shalat-shalat sirriyah, demikian juga memelankan bacaan pada shalat-shalat jahriyah, termasuk makruh bagi makmum mengeraskan bacaan shalat dikarenakan menyelisihi kesunnahan pada masalah ini.”
Dalil yang disampaikan oleh Imam an-Nawawi terkait kemakruhan bacaan jahr bagi makmum adalah riwayat dari Imran ibn Hushain yang menceritakan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah shalat Zhuhur atau Ashar bersama para sahabat.
Usai shalat, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya kepada mereka, “Siapakah di antara kalian yang tadi di belakangku membaca ‘Sabbihisma Rabbikal-A’la’?”
Hukum Membaca Al-Qur’an dengan Jahr Bagi Makmum
Baca juga: Hukum Shalat di Kursi Ruang Tunggu Rumah Sakit
Kemudian ada seseorang yang menjawab, “Aku, dan aku tidak tidak mengharapkan dengannya kecuali kebaikan.” Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata, “Sungguh aku telah mengetahui bahwa ada di antara kalian yang mengacaukanku dengan bacaan kerasnya.” (HR. Muslim).
Di dalam al-Minhaj Syarh Shahih Muslim ibn al-Hajjaj, beliau menjelaskan bahwa pengingkaran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terhadap apa yang dilakukan salah seorang sahabat tersebut sebenarnya adalah pengingkaran terhadap bacaan yang keras, bukan pengingkaran terhadap bacaan surahnya itu sendiri.
Demikian juga ayat, “Dan apabila dibacakan al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raf [7]: 204)
Imam an-Nawawi mengutip perkataan Imam asy-Syafi’i (w. 204 H) bahwa yang dimaksud dengan mendengarkan dan memperhatikan dalam ayat ini adalah dengan tidak menjahrkan bacaan, bukan sama sekali tidak membaca apapun karena harus mendengarkan bacaan imam.[Sdz]