Oleh: Ustaz Farid Nu’man Hasan
ChanelMuslim.com – Hukum shalat di kursi ruang tunggu rumah sakit. Ustaz, saya mau bertanya, ibu saya shalatnya di rumah juga sudah di kursi, tidak kuat lagi berdiri, jongkok dan bangun dari duduk.
Sekarang ibu saya mau kontrol ke Dokter, kebetulan waktunya melewati waktu shalat, posisi mushola di Rumah Sakit turun tangga, Ibu saya juga sudah tidak kuat naik turun tangga.
Yang mau ditanyakan apakah boleh, ibu saya shalat di kursi ruang tunggu rumah sakit dengan mencari posisi yang menghadap kiblat?
Baca Juga: Hukum Shalat Jumat Virtual
Hukum Shalat sambil Duduk
Jawaban: Di antara rukun shalat adalah berdiri, ruku, dan sujud. Bagi yang mampu melakukannya, maka tidak boleh meninggalkannya. Dengan kata lain, batal shalatnya.
Oleh karena itu, ayat-ayat tentang shalat selalu menggunakan kata qiyam (berdiri), seperti aqimuu, quumuu.
Di antaranya Allah Ta’ala berfirman:
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
Peliharalah semua shalat dan shalat wusta. Dan dirikanlah (shalat) karena Allah dengan khusyuk. (QS. Al-Baqarah, ayat 238)
Namun, jika seseorang tidak mampu berdiri, dia boleh duduk, jika tidak mampu juga, maka boleh berbaring. Inilah aturan dalam shalat fardhu.
Ada pun shalat sunnah, tidak apa-apa duduk atau berbaring walau dalam kondisi sehat dan mampu berdiri.
Dalam hadits, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
صَلِّ قَائِمًا ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ
Shalatlah dengan cara berdiri, jika tidak mampu, maka duduklah, jika tidak mampu, maka berbaringlah. (HR. Bukhari no. 1066)
Imam an Nawawi mengatakan:
أجمعت الأمة على أن من عجز عن القيام في الفريضة صلاها قاعداً ولا إعادة عليه ، قال أصحابنا : ولا ينقص ثوابه عن ثوابه في حال القيام ؛ لأنه معذور
Umat telah ijmak bagi orang yang tidak mampu berdiri pada shalat wajib, maka hendaknya dia shalat duduk, dan dia tidak perlu mengulang shalatnya. Para sahabat kami mengatakan: pahalanya tidak berkurang dibanding jika dia shalat berdiri, sebab dia ada ‘udzur. (Al Majmu’ Syarh al Muhadzdzab, 4/226)
Imam Ibnu Taimiyah mengatakan:
وَقَدْ اتَّفَقَ الْمُسْلِمُونَ عَلَى أَنَّ الْمُصَلِّيَ إذَا عَجَزَ عَنْ بَعْضِ وَاجِبَاتِهَا كَالْقِيَامِ أَوْ الْقِرَاءَةِ أَوْ الرُّكُوعِ أَوْ السُّجُودِ أَوْ سَتْرِ الْعَوْرَةِ أَوْ اسْتِقْبَالِ الْقِبْلَةِ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ سَقَطَ عَنْهُ مَا عَجَزَ عَنْهُ
Kaum muslimin telah sepakat bahwa orang shalat yang tidak mampu menjalankan sebagian kewajibannya seperti berdiri, atau membaca Al Quran, atau rukuk, sujud, atau menutup aurat, atau menghadap kiblat, atau lainnya, maka gugur hal-hal itu karena kondisinya yang lemah. (Majmu’ al Fatawa, 8/437)
Demikian. Wallahu a’lam.[ind]