HILANGNYA ilmu, bukan disaat ketiadaan Al-Qur’an dan As-Sunnah, sebab tersesatnya Yahudi dan Nasrani pun disaat Taurat dan Injil masih bersama mereka.
Hilangnya ilmu, bukan saat dalil itu lenyap, sebab dalil selalu ada bersama adanya Al Qur’an dan As-Sunnah.
Hilangnya ilmu, bukan saat tiada lagi manusia yang berkata “Allah Ta’ala berfirman” dan “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda” sebab betapa banyak orang bodoh dan munafik pandai bersilat lidah dengan mengutip ayat Al Qur’an dan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Baca Juga: Kabbalah Yahudi, Induk dari Segala Ilmu Sihir dan Mistik
Tapi hilangnya ilmu saat wafatnya para ulama, pewaris para Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka yang menjelaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah kepada umat.
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.
(HR. Bukhari no. 100)
Wallahu yahdina ilaas sawaa’is sabiil
Catatan: Ustaz Farid Nu’man Hasan, S.S.