KAPAN hari ditiupnya sangkakala? Dalam Shahih Muslim diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah bersabda, “Hari yang paling baik di mana matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan, dimasukkan ke dalam surga dan dikeluarkan dari surga, dan hanya pada hari itulah kiamat terjadi.”
Dalam Musnad ath-Thabarani al-Awsath dan al-Hilyah karya Abu Nua’im diriwayatkan dari Anas r.a. bahwa Rasulullah bersabda, “Hari-hari telah diperlihatkan kepada saya. Ketika hari Jumat diperlihatkan kepada saya, ternyata ia bagaikan cermin putih yang di tengahnya ada noda hitam. Saya bertanya, ”Apa (noda hitam) ini?” Dijawab, “Kiamat.”
Baca Juga: Tanda Dekatnya Hari Kiamat Sudah Tampak di Arab
Hari Ditiupnya Sangkakala
Karena kiamat terjadi pada hari Jumat, maka semua makhluk pada setiap hari Jumat merasa cemas dan takut, kecuali manusia dan jin.
Dalam kitab Muwaththa karya Imam Malik, Sunan bu Dawud, Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-Nasai, dan Musnad Ahmad bin Hambal diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah bersabda, “Hari yang paling baik di mana matahari terbit adalah hari Jumat.
Pada hari itu Adam diciptakan, diturunkan, diterima taubatnya, dan meninggal. Pada hari itu pula kiamat terjadi. Semua makhluk di bumi memasang telinga pada hari Jumat dari mulai subuh sampai matahari terbit karena takut akan kiamat, kecuali jin dan manusia.”
Berapa kali sangkakala ditiup?
Yang jelas, Israfil meniup sangkakala dua kali. Yang pertama mengakibatkan kematian dan yang kedua mengakibatkan kebangkitan.
Allah berfirman, “Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah semua yang ada di langit dan yang ada di bumi. Kecuali, yang Allah kehendaki. Kemudian ditiup kembali, maka berdirilah mereka menunggu.” (QS. Az-Zumar: 68)
Alquran menamakan tiupan pertama dengan al-rajifah (yang bergoncang) dan tiupan kedua dengan al-radifah (yang mengiringi).
Allah berfirman, ”Hari bergoncangnya al-rajifah, diikuti oleh al-radifah.” (QS. An-Nazi’at: 6-7)
Hadis-hadis yang menyatakan dua tiupan. Dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan bahwa Abu Hurairah r.a. mengutip Nabi. “Antara dua tiupan itu empat puluh.”
Orang-orang bertanya, “Hai Abu Hurairah, empat puluh hari?” Abu Hurairah menjawab, “Saya tidak mau mengatakan.” Mereka bertanya lagi, “Empat puluh bulan?” Dia menjawab, “Saya tidak mau mengatakan.” Mereka masih bertanya,”Empat puluh tahun?” Dia tetap menjawab, “Saya tidak mau mengatakan.” [mh/Cms]