ADA beberapa hal yang harus diperhatikan saat memilih nama untuk anak. Sudah menjadi hal umum, ketika bayi lahir ke dunia, Ayah dan ibunya memberinya nama.
Dengan nama itu ia akan dikenal oleh orang. Orangtua bahkan telah menyiapkan nama bagi anak-anaknya sebelum mereka lahir.
Baca Juga: Aturan Memberi Nama Anak di Jerman
Hal yang Harus Diperhatikan saat Memilih Nama untuk Anak
Islam memandang penting persoalan pemberian nama ini. Hendaknya orangtua memilihkan nama-nama yang baik untuk anak-anak mereka.
“Sesungguhnya pada hari kiamat nanti kalian akan dipanggil dengan nama-nama kalian dan nama-nama bapak kalian. Oleh karena itu buatlah nama-nama yang baik untuk kalian.” (HR. Abu Dawud)
Ada delapan hal yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan pemberian nama,
1. Memberi nama yang disukai Allah
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya nama yang paling disukai oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung adalah Abdullah dan Abdur Rahman.” (HR. Muslim)
2. Memberi nama seperti nama para nabi
Dari Abu Wahab Al Jasyimi Radhiyallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Berilah nama anak-anak kalian dengan nama parra Nabi dan nama-nama yang paling disukai oleh Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman.
Nama-nama yang paling benar adalah Harits dan Hammam. Sedangkan yang paling jelek adalah Harb (perang) dan Murrah (pahit). (HR. Abu dawud dan Nasa’i)
3. Menghindari nama yang bisa merusak kehormatan anak
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu bahwa salah seorang putri Umar yang bernama Ashiyah (anak durhaka) telah diganti namanya oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan nama jamilah (cantik). (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
4. Rasulullah melarang kita memberikan nama yang mengandung makna pesimistis agar anak lepas dari musibah karena penamaan ini
Dari Sa’ad bin Al Musayyab dari bapaknya bahwa kakeknya bekata, “Aku telah datang kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.” Beliau bertanya, “Siapa namamu?”
Aku menjawab, “Hazn (susah).” Beliau bersabda, “Kamu Sahl (mudah).” Aku berkata bahwa aku tidak akan mengubah nama yang diberikan bapakku kepadaku.”
Ibnul Musayyab berkata, “Kesusahan itu masih terus menimpa kami.” (HR. Bukhari)
5. Tidak menggunakan nama-nama yang dikhususkan untuk Allah Subhanallahu wa Ta’ala
Ketika Hani diutus kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ke Madinah bersama kaumnya, mereka menyebutnya Abul Hakam (maha Pemberi Keputusan).
Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memanggilnya dan bersabda, “Sesungguhnya Allah lah Yang Maha Pemberi Keputusan dan kepada-Nyalah kembali segala keputusan.
Karenanya, mengapa engkau disebut Abul Hakam?” Ia berkata, “Sesungguhnya kaumku, apabila mereka berselisih di dalam satu perkara, mereka meminta keputusan kepadaku dan aku memutuskannya di antara mereka sehingga masing-masing di antara kedua belah pihak merasa rela.”
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Alangkah indahnya ini. Siapa nama-nama anakmu?” Ia berkata, “Anak-anakku adalah Syuraih, Muslim, dan Abdullah.” Rasul bertanya lagi, “Siapa yang paling besar di antara mereka?” ia menjawab, “Syuraih.” Rasul bersabda, “Engkau adalah Abu Syuraih (juru penerang).” (HR. Abu dawud)
6. Tidak memberikan nama yang mengandung arti berlebihan karena ketika nama itu disandingkan dengan kata tidak, maka maknanya menjadi sebaliknya
Dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Perkataan yang disenangi oleh Allah ada empat; Subhanallah, Alahamdulillah, Laa illaaha illallah dan Allahu Akbar. Janganlah engkau menamakan anakmu dengan Yasar (mudah), Rabah (beruntung), nafi’(bermanfaat) atau Aflah(beruntung).
Sebab sekiranya engkau bertanya adakah dia? Dan dia tidak ada, maka (orang akan) menjawab, “Tidak.”(Panggilan ini menyebabkan kebalikan dari arti namanya). (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
7. Tidak menggunakan nama-nama yang digunakan para sesembahan selain Allah seperti Abdul Latta, Uzza, dan Manna
8. Tidak memberikan nama yang bermakna cinta dan semisalnya seperti Ahlam (impian-impian) dan Hiyam (sangat dahaga)
[Maya Agustiana/Cms]