Hakikat beriman kepada takdir adalah meyakini segala takdir Allah. Seperti diketahui, takdir adalah ketetapan Allah yang berlaku pada seluruh makhluk-Nya.
Takdir yang baik maupun buruk semuanya telah ditetapkan oleh Allah dengan hikmah-Nya dan keadilan-Nya yang Mahasempurna.
Baca Juga: Malam Penetapan Takdir Tahunan
Hakikat Beriman kepada Takdir
Allah berfirman:
وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua perkara yang ghoib itu, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia, dan Dia Maha Mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tidak ada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula).
Dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak juga sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfudzh).” (Al-An’am: 59)
Nabi bersabda:
أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر، وتؤمن بالقدر خيره وشره
“Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rosul-rosul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada taqdir yang baik dan yang buruk.” (HR. Muslim 8)
Nabi juga bersabda:
كتب الله مقادير الخلائق قبل أن يخلق السماوات والأرض بخمسبن ألف سنة
“Allah telah menulis takdir-takdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum Allah ciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim 2653)
Keimanan kepada takdir inilah akidah yang diyakini oleh generasi terbaik umat ini yaitu para sahabat Nabi dan diikuti oleh para Ulama setelahnya. Dari Ibnu Ad-Dailami berkata:
“Aku mendatangi Ubay bin Ka’b dan aku bertanya, “Wahai Abul Mundzir, sungguh terbesit dalam diriku sesuatu yang kurang baik tentang permasalahan takdir.
Sampaikanlah kepadaku tentang hal itu, semoga Allah menghilangkannya dari hatiku. Ubay berkata, “Kalau sekiranya Allah berkehendak mengazab penduduk langit dan bumi sungguh tidaklah Dia menzalimi hamba-Nya, dan kalau sekiranya Allah merahmati mereka maka sungguh rahmat-Nya tentu lebih baik daripada amalan-amalan mereka.
Andaisaja engkau berinfaq dengan emas sebesar gunung Uhud di jalan Allah, maka Allah tidak akan menerimanya sampai engkau beriman kepada takdir.
Engkau meyakini bahwa apa yang telah ditakdirkan akan menimpamu tidak akan meleset darimu, dan apa yang ditakdirkan meleset darimu maka tidak akan menimpamu.
Sungguh, sekiranya engkau mati dalam keadaan tidak beriman kepada takdir, engkau termasuk penghuni neraka!”
Aku mendatangi Hudzaifah maka dia menyebutkan hal yang sama, aku datangi Ibnu Mas’ud maka dia juga menyebutkan hal yang sama, aku datangi Zaid bin Tsabit maka dia menyebutkan hadits Nabi hal yang sama.” (HR. Ahmad 20607 – Syaikh Syu’aib Al-Arna’uth berkata, “Sanadnya kuat”)
Beriman kepada takdir meliputi empat perkara:
(1). Ilmu Allah yaitu beriman bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu di alam ini secara rinci.
(2). Penulisan takdir di Lauhul Mahfudzh.
(3). Kehendak Allah yaitu mengimani segala sesuatu yang dikehendaki oleh Allah pasti terjadi dan tidak ada yang terjadi di luar kehendak-Nya.
(4). Allah Maha Pencipta, segala sesuatu selain Allah adalah makhluk dan makhluk adalah ciptaan-Nya. (Subulussalam hal. 57)
Keempat hal ini yang harus diyakini dalam memahami hakikat takdir sebagaimana yang ditunjukkan oleh dalil.
Kendati demikian, mengimani takdir tidak berarti pasrah meninggalkan usaha ketaatan.
Karena ada kehendak Allah yang bersifat kauni (irodah kauniyyah) meliputi segala sesuatu yang dicintai Allah dan dimurkai-Nya.
Hal ini pasti terjadi disukai atau tidak. Dan ada kehendak Allah yang bersifat syar’i (irodah syar’iyyah) yaitu hanya dalam perkara yang dicintai dan diridhoi-Nya.
Yakni Allah menghendaki ketaatan dalam syariat-Nya meski masih saja ada manusia yang bersikukuh dalam kekufuran atau menyelisihi ajaran Rasul-Nya.
Faedah Beriman kepada Takdir
1. Bersandar hanya kepada Allah bukan kepada sebab yang ditempuh.
2. Terhindar dari sifat ujub (bangga diri).
3. Sabar dan rida atas apa yang menimpa dirinya.
[Cms]
Sumber: Channel telegram @manhajulhaq
https://t.me/manhajulhaq