ChanelMuslim.com – Salah satu cara Umar bin Abdul Aziz mengubah Kerajaan Bani Umayyah dalam dua tahun adalah dengan banyak berinteraksi kepada rakyatnya. Saat itu, keadaan Bani Umayyah adalah penuh utang dan kerusuhan, tersulut pemberontakan dan ketimpangan.
Baca Juga: Umar bin Abdul Aziz Tinggalkan Gaya Hidup Mewah saat Menjadi Khalifah
Cara Umar bin Abdul Aziz Mengubah Kerajaan Bani Umayyah dari Penuh Kerusuhan Menjadi Negeri Berkah
Umar berhasil menjadikan negeri berkah yang tak ada penerima zakat. Bukan karena tak ada zakat, tapi karena tidak ada lagi yang masuk kriteria penerimanya. Alasannya adalah karena semua telah berkecukupan.
Dikutip channel telegram Generasi Shalahuddin, pada awal pemerintahannya, orang-orang seringkali bertemu dan berdiskusi santai tentang.
“Bagaimana rumahmu, apakah telah kau tinggikan?”
“Bagaimana kendaramu, sudahkah kau hias dia?”
“Bagaimana istrimu, sudah kau beli perhiasan baru untuknya?”
Umar bin Abdul Aziz pun qmemulai sebuah obrolan baru dengan pejabat-pejabatnya. Beliau membiasakan untuk menemui manusia.
Umar bertanya, “Bagaimana malammu, kau isi dengan tahajjud?”
“Bagaimana hartamu, sudah kau zakatkan?”
“Bagaimana puasamu sunnahmu, masihkah istiqomah?”
Umar dikenal mudah sekali bergaul dengan rakyatnya. Kehidupannya dan gaya kesehariannya ditiru oleh banyak orang, bahkan gaya berjalannya hingga hari ini ditiru dengan gaya “Al Masyu Al Umari”.
Baca Juga: Umar bin Abdul Aziz, Pemimpin yang Selalu Memuliakan Tamu
Kesederhanaan Umar
Tren baru obrolan itu segera menyebar di setiap kalangan priyayinya sampai jelatanya, intelektualnya sampai awamnya.
Selain itu, alasan negeri itu menjadi makmur juga adalah karena kesederhanaan Umar.
Dikutip dari ChanelMuslim.com, saat amanah untuk menjadi khalifah datang, ia meninggalkan dunia untuk kemakmuran rakyatnya hingga saat itu tidak ada lagi yang miskin, tetapi justru kehidupan beliau menjadi sangat sederhana.
Beliau juga bahkan menjual parfumnya seharga 9000 Dinar kepada Sulaiman bin Abdulmalik. Gaya hidupnya berubah bahkan harga bajunya tidak lebih dari 1 dinar, hanya beberapa dirham.
Fasilitas negara pun tidak sembarangan beliau gunakan, bahkan hanya untuk memakai lampu negara saja, beliau gunakan minyak dan api. Sebagaimana ungkapan beliau kepada Raja’ bin Hayawah kala bertamu.
Pada saat warga dan umat muslim bisa berhaji berkali-kali, beliau tidak bisa lagi berangkat haji karena tidak menemukan harta yang cukup untuk menunaikannya.
Di balik sejahtera dan kemakmuran rakyat, ada pemimpin yang takut menggunakan fasilitas negara untuk kepentingannya.
Di balik zakat yang sulit dibagikan karena tidak ada yang miskin itu, pasti ada pemimpin yang hidupnya sederhana yang hanya meninggalkan warisan beberapa keping dinar untuk anak-anaknya.
Sahabat Muslim, semoga kita bisa mengambil inspirasi dari Umar bin Abdul Aziz yang hidupnya penuh keserdahanaan. [Cms]