ChanelMuslim.com– Anjing Haus
Dalam hadis shahih yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam mengisahkan tentang seorang laki-laki yang sangat kehausan. Ia mencari-cari sumber air dan menemukan sebuah sumur.
Tak ada tambang dan ember di permukaan sumur itu. Hanya lubang besar yang memungkinkan tubuh lelaki itu bisa masuk ke dalam sumur. Perlahan, ia menuruni lubang sumur itu melalui tepian lubang dengan menggunakan tangan dan kaki.
Baca Juga: Mencuci Pakaian Orang yang Akrab dengan Anjing
Anjing Haus
Betapa beratnya, dan betapa repotnya yang dilakukan lelaki itu untuk memperoleh air di dasar sumur. Dan, ia pun berhasil.
Ia mendapati air sumur begitu segar. Segala susah payahnya menuruni lubang sumur terbayar. Ia minum sepuasnya karena tak ada wadah untuk membawa air ke permukaan sumur. Tapi, nyawanya yang hampir melayang karena haus telah terselamatkan. Walau pengap dan gelap, ia seperti memperoleh nyawa baru karena air sumur itu.
Setelah puas minum, lelaki itu pun memanjat tepian sumur untuk naik ke permukaan. Tak berbeda saat turun, memanjat tepian sumur pun butuh upaya yang berat dan hati-hati. Salah-salah, ia bisa terpeleset dan tercebur ke dalam sumur.
Betapa leganya si lelaki itu saat berhasil tiba di permukaan sumur. Ia menarik nafas dalam untuk merasakan kenikmatan udara lepas di ruang terbuka. Tiba-tiba, ia mendapati seekor anjing yang mengendus-endus tanah lembab di sekitaran permukaan sumur.
Lelaki itu terkesima dengan tingkah anjing di hadapannya. Sedang apa? Apa yang sedang dilakukan anjing itu hingga begitu serius tertuju pada tanah lembab.
Beberapa saat kemudian, si lelaki itu menyadari kalau anjing sedang mencari air. Hewan tak bertuan itu tampak kehausan.
“Ah, anjing ini seperti menahan rasa haus yang sangat. Mungkin, sama sepertiku saat berada di lubang sumur ini beberapa saat lalu,” ucapnya dalam hati.
Tapi, anjing kan tidak bisa menuruni tepian sumur untuk mencapai dasar. Kalaupun ia bisa tiba di dasar, tak mungkin ia bisa memanjat ke atas.
Si lelaki tertegun sebentar. Andai saja ada wadah untuk mengambil air di dasar sumur sana. Ia mencari-cari sesuatu untuk dijadikan wadah. Tapi, tak ada.
Ia pun tiba-tiba tersadar dengan sesuatu. Ia menoleh ke arah sepatunya. “Oh ya, sepatuku mungkin bisa kujadikan wadah untuk membawa air ke permukaan,” pikirnya.
Sekali lagi, ia menuruni tepian sumur untuk mengambil air. Dengan susah payah, ia turuni lubang sumur itu seperti saat ia menuju dasar sumur pertama kali. Dan, berhasil.
Lelaki itu pun membuka salah satu sepatunya untuk diisi air. Setelah terisi penuh, ia memanjat tepian sungai dengan tanpa satu sepatu. Di mana ia letakkan sepatu satunya yang berisi air itu? Sepatu berisi air itu ia letakkan di mulut dengan cara menggigit sisi sepatu.
Pelan dan penuh kehati-hatian, lelaki itu memanjat tepian sumur. Keadaannya jauh lebih berat. Karena kali ini, ia memanjat dengan menggigit sepatu berisi air. Dua beban yang ia jaga agar tidak sampai terjatuh: tubuhnya dan sepatu berisi air itu.
Setibanya di permukaan sumur, ia minumkan air itu kepada anjing. Hingga air di sepatunya itu habis tak bersisa.
Lelaki itu begitu puas bisa memberikan sesuatu yang paling berharga untuk seekor anjing yang begitu kehausan. Walau dengan susah payah sekali pun. Seolah, ia ingin mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Pencipta anjing ini dengan bisa mempertemukan dirinya dengan sumur yang berisi air.
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menutup ucapannya dengan mengatakan, Allah subhanahu wata’ala berterima kasih dengan lelaki itu dan mengampuni segala dosanya.
**
Ramadan adalah bulan untuk melatih diri agar bisa merasakan kesusahan hidup orang-orang miskin di sekitar kita. Mereka menahan lapar dan haus. Bukan untuk empat belas jam. Bukan untuk satu bulan, tapi untuk selamanya.
Rasakan dan ambil hikmah dari kesusahan berpuasa yang sangat sementara itu, sebagai energi super kuat untuk bisa segera berbagi dengan mereka yang sangat membutuhkan.
Orang yang tidak merasakan kesusahan, teramat sulit untuk bisa memberikan. Inilah momen di mana Allah subhanahu wata’ala menanti untuk menyampaikan rasa terima kasih untuk hamba-Nya yang ikhlas. (Mh)