ChanelMuslim.com – Tahun-tahun penuh kebohongan akan datang sesuai prediksi Rasulullah. Ketika kita hidup di zaman tersebut, maka sudah menjadi tugas kita agar tidak terperdaya serta berusaha menjadi Muslim yang bisa meluruskan kebohongan yang ada.
Baca Juga: Jangan Menganggap Remeh Kebohongan Kecil
Tahun-tahun Penuh Kebohongan
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi bersabda:
«سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ، يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ، وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ، وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ، وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ» ، قِيلَ: وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ؟ قَالَ: «الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ»
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh kebohongan, saat itu pendusta dibenarkan, orang yang benar justru didustakan, pengkhianat diberikan amanah, orang yang dipercaya justru dikhianati, dan Ar-Ruwaibidhah berbicara.” Ditanyakan: “Apakah Ar-Ruwaibidhah?”
Beliau bersabda: “Seorang laki-laki yang bodoh [Ar Rajul At Taafih] tetapi sok mengurusi urusan orang banyak.” (H.R. Ibnu Majah No. 4036. Ahmad No. 7912. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibni Majah No. 4036. Dihasankan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam Ta’liq Musnad Ahmad No. 7912. Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: sanadnya jayyid. Lihat Fathul Bari, 13/84)
Imam As Suyuthi Rahimahullah mengatakan:
الخداع الْمَكْر وَالْحِيلَة وَإِضَافَة الخداع الى السنوات مجازية وَالْمرَاد أهل السنوات Al
Khadda’ artinya makar dan muslihat. Dikaitkannya Al Khadda’ kepada As Sanawat [tahun-tahun] merupakan majaz, maksudnya adalah orang yang hidup di tahun-tahun tersebut. (Syarh Sunan Ibni Majah, 1/292)
Dikutip dari Alfahmu.id, website resmi Ustaz Farid Nu’man, dijelaskan bahwa ini merupakan prediksi kenabian, bahwa akan datang masa di mana manusia dipenuhi tipu daya, muslihat, dan kebohongan.
Kalimat-kalimat selanjutnya dalam hadits ini merupakan tafshil (perinci) dari muslihat-muslihat tersebut. Intinya, saat itu banyak manusia yang berlagak menjadi ahli padahal bukan.
Sementara yang ahli justru dijauhi dan tidak dipercaya, sehingga yang terjadi adalah kehancuran. Ini terjadi bukan hanya pada perkara dunia tapi juga agama.
Imam Ibnu Rajab Al Hambali Rahimahullah berkata:
وَمَضْمُونُ مَا ذُكِرَ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ فِي هَذَا الْحَدِيثِ يَرْجِعُ إِلَى أَنَّ الْأُمُورَ تَوَسَّدُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهَا، كَمَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لِمَنْ سَأَلَهُ، عَنِ السَّاعَةِ: ” «إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ» “
Kandungan yang tertera dalam hadits ini adalah berupa di antara ciri-ciri datangnya kiamat, yaitu kembali pada makna bahwa banyak urusan disandarkan kepada yang bukan ahlinya.
Sebagaimana sabda Nabi kepada orang yang bertanya kepadanya tentang arti As Saa’ah [kiamat/kehancuran]: “Jika urusan disandarkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya.” (Jaami’ Al ‘Uluum wal Hikam, 1/139)
[Cms]
(Bersambung pada bagian kedua)