MENGETAHUI hakikat ujian bagi orang-orang mukmin akan memudahkannya menggapai ketenangan saat berada di masa-masa sulit. Selalu ada hikmah dibalik benturan keras kehidupan yang kita rasakan.
Allah sendiri telah mengabarkan kepada hamba-Nya yang beriman bahwa Ia akan menguji keimanan mereka. Tentu ujian ini datang kepada kita tidak kosong dari hikmah. Ada rahasia kebaikan yang akan kita terima dari ujian yang datang silih berganti.
Dalam surah Al-Ankabut ayat 2-3, Allah berfirman:
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Artinya: Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (2)
وَلَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْكَٰذِبِينَ
Artinya: Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (3)
Baca Juga: Antara Ujian Dunia dan Ujian Akhirat
Agar Lebih Tenang, Ketahui 5 Hakikat Ujian bagi Orang-Orang Mukmin
Lalu apa saja hakikat ujian yang menimpa setiap mukmin? Berikut ini lima di antaranya menurut Syaikh Ratib An-Nabulsi, ahli tafsir asal Suriah:
1. Persiapan yang Sesungguhnya untuk Memikul Amanah
Bentuk rahmat dan pertolongan Allah kepada hamba-Nya adalah dengan memberikan ujian untuk mempersiapkan mereka memikul amanah dan tanggung jawab yang besar.
Saat memikul amanah kita akan selalu berhadapan dengan kesulitan dan penderitaan. Dan kesempurnaan amanah tersebut tidak akan terwujud kecuali dengan kesabaran kita menghadapi kepayahan, serta kepercayaan kita atas pertolongan Allah selama menghadapi ujian dan cobaan.
Semua itu terjadi supaya kita menjadi manusia yang semakin berkualitas baik dari segi keimanan maupun sikap dan karakter diri kita.
Ujian juga memberi kita kesempatan untuk membersihkan diri kita dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang menghambat kemajuan.
2. Menghapus Kesahalan dan Dosa
Ujian jika disekapi dengan tepat maka dapat menghapus dosa-dosa kita serta mengangkat derajat kita di hadapan Allah.
Semakin tinggi keimanan seseorang maka ujian yang dihadapi juga semakin besar.
Di antara manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah dicekik oleh Uqbah bin Abu Mu’ith saat sedang shalat di sisi Ka’bah, hingga Abu Bakar datang dan memegangi pundah Uqbah lalu menariknya dan menjauhkannya dari Rasulullah.
Jika ujian menimpa manusia yang paling mulia ini, maka kita sebagai manusia biasa juga tidak luput darinya.
3. Proses Seleksi
Ujian juga sebagai proses seleksi untuk memilih mana golongan yang baik dan mana golongan orang yang buruk. Siapa yang masih setia bersama Allah dalam kebenaran dan siapa yang berpaling dari Allah menuju kesesatan.
Proses seleksi ini bagi orang-orang mukmin hendaknya dipahami sebagai tahapan untuk menyucikan diri dari perilaku-perilaku buruk, dari hati yang kotor dan dari lisan yang hina.
Sebagaimana surah al-Ankabut ayat 3
وَلَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْكَٰذِبِينَ
Artinya: Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
4. Menunjukkan Tanda-Tanda Kebesaran Allah
Ujian datang kepada manusia juga untuk menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah dan menjelaskan kepada hamba-Nya akibat dari perbuatan orang-orang yang dzolim.
Dengan begitu bagi hamba-Nya yang shalih akan berpaling dari perbuatan dzolim karena menyadari bahwa Allah Maha Berkendak.
Sebagai contoh, bagi orang yang diberi harta yang berlimpah jika ia beriman maka ia akan menahan lisannya dari kesombongan karena ia tahu bahwa Allah mudah sekali membalikkan keadaannya.
Tenggelamnya Firuan bersama pasukannya juga menjadi tanda-tanda dari Allah bagi orang-orang beriman agar menghindari sikap sewenang-wenang atas nikmat yang Allah beri.
5. Menumbuhkan Kerinduan kepada Allah
Saat ujian datang, kita menyadari bahwa tidak ada siapapun yang bisa menolong kita selain Allah. Kerinduan pada Allah sering hadir di dalam jiwa manusia saat dirinya merasa terdesak dan kesulitan.
Kondisi mukmin saat ditimpa ujian sangat lemah hingga ia sangat membutuhkan Allah yang mampu mengatasi setiap persoalan hidupnya.
Ia membersihkan hatinya dari kecintaan terhadap dunia hingga ia selalu berada di dekat Allah dan mengobati kerinduannya itu dengan amal shalih demi keridhoan Allah. [Ln]