SEORANG penulis yang senang melontarkan kata-kata bijak, Kang Maman Suherman menyampaikan kisah haru tentang dua perempuan kuat dalam hidupnya. Perempuan tersebut adalah ibu dan juga neneknya.
Baca Juga: Kisah Haru Pasangan Menikah di Rumah Sakit, Sebulan Kemudian Sang Istri Wafat
Kisah Haru Kang Maman Suherman dan Dua Perempuan Kuat yang Membuatnya Semangat dalam Menulis
Cerita ini disampaikan oleh Kang Maman dalam bincang-bincang dengan Andini Effendi berjudul “The Power of Reading – Uncensored with Andini Effendi Ep.13: Kang Maman” yang diunggah dalam channel Youtube Cauldron Talks
Kang Maman bercerita bahwa dirinya memiliki penyesalan pada saat ibunya meninggal. Sebab, dua minggu sebelum meninggal, sang ibu meminta untuk dibelikan madu hitam.
Namun, saat itu Maman sedang sibuk mengurus cucunya yang lahir prematur sehingga ia lupa membelikan madu hitam tersebut. Walau begitu, Maman selalu ingat nasihat-nasihat dari ibundanya.
Setelah ibunya meninggal, Maman baru mengetahui bahwa ibunya telah mempersiapkan jauh-jauh hari untuk menghadapi kematian. Hal tersebut dibuktikan dengan pesta perpisahan yang diadakan dan pakaian-pakaian yang diberikan kepada orang lain.
“Ternyata, lemari ibu itu kosong. Baju-bajunya sudah dikasih ke orang lain. Sudah bikin perpisahan, seperti masak coto Makassar dan bagi-bagi baju. Dia pernah bilang ke temannya ‘kalau saya pergi, masih banyak baju di lemari. Saya jawabnya apa, ya?'” jelas Kang Maman saat berbincang dengan Andini Effendi.
Jadi, sang ibu tahu betul bahwa semua yang dimilikinya akan diperhitungkan nanti di akhirat. Oleh sebab itu, sebisa mungkin terus berbagi barang yang dimiilikinya.
Maman menceritakan bahwa ibunya yang luar biasa itu karena memang lahir dari rahim yang luar biasa pula. Neneknya Maman memiliki warung kecil di pinggir jalan.
Setiap dengar azan, dia lari dan menutup warungnya. Suatu malam, Maman tidur dalam pelukan sang nenek. Ketika itu, Maman tiba-tiba merasa tubuhnya basah. Ternyata, dari tubuh neneknya itu keluar darah. Sang nenek memang sudah divonis memiliki kanker.
Maman Ingin teriak, tapi mulutnya ditutup agar tidak membangunkan yang lain. Nenek pun meminta Kang Maman untuk membaca tahlil, Laailaahailallah.
“Dua perempuan kuat iniilah yang bikin saya kuat. Setiap ingin menyerah, ingat mereka. Itu yang bikin ketawa lagi,” cerita Kang Maman sambil menahan haru.
Dalam buku yang ditulisnya, terutama tentang perempuan, Maman ingin menggambarkan bahwa yang kuat itu perempuan, bukan laki-laki. Kalau laki-laki lebih kuat, maka tugas melahirkan seharusnya diberikan kepada laki-laki.
Sahabat Muslim, itulah kisah Kang Maman yang bisa menjadi inspirasi untuk kita agar bisa selalu menghargai perempuan. [Cms]