METODE Ilmiah Ar-Razi berhubungan erat dengan filsafatnya. Dia mampu memberdayakan akal dan menganggapnya sebagai nikmat Allah yang diberikan kepada manusia serta yang paling besar kemampuannya pada diri manusia.
Dalam bukunya “Ath-Thibbur Rauhani,” dia mengatakan perihal akal, “Dalam beberapa hal kita kembali kepada akal, menganggapnya penting dan menjadikannya sebagai sandaran.
Kita tidak boleh mengalahkan akal dengan hawa nafsu, karena hawa nafsu adalah perusak, pengeruh dan memalingkan dari kebiasaan, ketajaman, tujuan dan keistiqamahannya.
Abu Bakar Ar-Razi, Pemikiran dan Metode Ilmiahnya (Bag. 4)
Bahkan kita harus melatihnya, menundukkannya, mengasahnya, dan memaksanya untuk melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.”
Ar-Razi mengajak untuk bersikap teliti dalam melakukan praktik kedokteran dan mendiagnos berbagai macam penyakit.
Dia menulis nasihat kepada para dokter agar memperhatikan hal yang kecil dan besar agar dapat melakukan diagnosa yang benar.
Ketelitian mendiagnosa yang dibarengi dengan kekuatan analisa, kedalaman teori, kemampuan dalam menganalisa dan menyimpulkannya akan membawanya kepada penemuan ilmiah yang telah ada sebelumnya.
Adapun secara global, pemikiran dan metode ilmiahnya dalah sebagai berikut:
– Dia mengetahui pengaruh faktor kejiwaan bagi penyembuhan suatu penyakit.
– Dia memperingatkan adanya penyakit yang disebabkan oleh faktor keturunan berdasarkan penelitiannya pada sebagian penyakit tertentu yang secara berulang-ulang menimpa sebagian keluarga.
– Dia meyimpulkan bahwa penyembuhan dapat dilakukan dengan berlangsungnya proses interaksi kimiawi pada tubuh dan masuknya bahan obat-obatan melalui salah satu anggotanya.
Tidak diragukan lagi bahwa pengetahuannya dalam bidang kimia telah membantunya sampai pada kesimpulan seperti ini.
– Dia adalah orang yang pertama kali menemukan alergi (hipersensitivitas) dan orang yang pertama kali mengamati pengaruh cahaya pada selaput mata.
Dalam bukunya “Fi Asy-Sykuk ala Gelenus,” Ar-Razi memperingatkan para dokter agar memotong tumor kanker agar tidak menyebar ke seluruh tubuh.
Ini tentu merupakan suatu keputusan yang tampaknya salah bagi sebagian dari kita sebagaimana yang kita ketahui dalam pengobatan dan operasi kanker.
Akan tetapi kenyataannya inilah yang benar pada saat tidak mudah dilakukan operasi kecuali pada masa belakangan.
Bahkan sekalipun dapak dilakukan dengan cara operasi, akan tetapi ini tidak dapat sepenuhnya menghentikan pertumbuhan tumor, sehingga lama-kelamaan akan semakin parah dan mempercepat kematian si penderita.
Ar-Razi memiliki pemikiran yang cerdas dan eksploratif, sehingga membuatnya tidak pernah berhenti melakukan penelitian dalam membacari bebagai cara dan alternatif pengobatan baru, di antaranya adalah sebagai berikut:
– Ar-Razi adalah dokter yang pertama kali memisahkan antara kedokteran anak dan kedokteran umum.
– Ar-Razi mengobati sebagian penyakit dengan mengatur pola makan saja tanpa harus menggunakan obat-obatan.
– Dia menemukan benang jahit untuk operasi yang terbuat dari selaput hewan.
– Dia yang pertama kali menjelaskan penggunaan perban gipsum pada pengobatan patah tulang.
– Dia menyimpulkan penggunaan air raksa dan komposisi timah dalam membuat obat gosok.
Dalam buku-buku yang dikarangnya, Ar-Razi sangat memperhatikan metode ilmiah dan ini tampak sangat jelas pada konsistensinya dalam menjalankan amanat ilmiah ketika mengutip pemikiran atau pendapat orang lain.
Dia menyebutkan sumber-sumber asli yang dikutifnya dan menulis nama pengarangnya, serta tidak mengatas-namakan dirinya.
Selesai
Baca Juga: Abu Bakar Ar-Razi, Guru Besar Kedokteran Muslim di Eropa (Bag.3)
Sumber: 147 Ilmuan Terkemuka dalam Sejarah Islam, Muhammad Gharib Gaudah, Pustaka Al Kautsar