1444 tahun lalu, hijrah nabi kita bermula. Ada tulisan menarik seperti dikutip dari telegram Gen Saladin. Itu artinya 17328 bulan yang lalu, Nabiku dan Nabimu, teladanku dan teladanmu, memulai sebuah hentakan sejarah baru yang tak hanya mengubah wajah sejarah bangsa Arab.
Baca Juga: Hijrah Sudah Menjadi Ajaran Dasar Islam Jauh Sebelum Peristiwa Hijrah
1444 Tahun Lalu, Hijrah Nabi Kita Bermula
Beliau, di hari-hari itu telah melakukan aksi peradaban yang kelak akan sangat berpengaruh pada umat manusia.
Dari Siberia-nya hingga Granada, dari ujung Utara Rusia hingga selatan Selandia.
Rasulullah ditemani Abu Bakar berhijrah, dari Makkah yang kala itu penuh tekanan, membelah jarak nan jauh selama belasan hari menuju Kota Yatsrib yang kelak dinamai Madinah. Apakah Rasulullah dalam keadaan aman dalam hijrah itu?
Tidak. Momentum itu benar-benar mencekam. Dikejar oleh pembunuh bayaran, disiarkan sebagai “buronan” yang siapapun akan mendapatkan imbalan jika berhasil menangkap beliau, dead or alive.
Itulah mengapa Rasulullah membuat strategi yang sangat matang; memilih partner perjalanan yang cocok, membuat tim yang strategis.
Ada yang ditugaskan menghapus jejak langkah, ada yang bertugas mengumpulkan informasi, sampai Asma binti Abi Bakr yang mendapat amanah menjadi supplier makanan selama di Gua Tsur.
Kenapa hijrah Rasulullah bukan sekedar berpindah tempat saja?
Karena beliau berpindah dari tekanan menuju mukadimah kebangkitan.
Beliau berjalan dari negeri yang masih mendustakan dakwahnya menuju negeri baru yang subur dengan jiwa-jiwa perindu perubahan.
Beliau berpindah dari seorang kesatria yang hebat menjadi seorang pemimpin entitas politik yang brilian. Dari gerakan, ke negara.
Yatsrib bukan pula sekadar kota biasa. Di sana ada suku Aus dan Khazraj yang telah lama berperang saudara.
Mereka sudah lelah dengan perang panjang itu, menanti apakah ada satu tokoh kunci yang mampu menjadi “solidarity maker” agar Madinah menjadi negeri yang stabil hidupnya.
Pucuk di cinta ulam pun tiba, mereka tak hanya mendapatkan seorang pemimpin.
Mereka mendapatkan seorang inspirator, seorang nabi dan rasul, dan seorang arsitek peradaban.
Syaikh Abdul Aziz Thuraifi mengatakan sebuah hikmah yang sangat menarik untuk direnungkan, “Khalifah Umar menjadikan peristiwa hijrah sebagai patokan awal penanggalan kalender Hijriyah, dan tidak menjadikan hari lahir Nabi untuk memulai kalender itu sebagaimana yang dilakukan oleh Ahlul Kitab…”
Mengapa? Beliau melanjutkan, “Li annal ummah ummatu amalin” (karena umat ini adalah umat amal), “dan sebuah zaman tidak akan menjadi hebat tanpa sebuah amal.”
Tahun baru hijriah, mentadabburi namanya saja membuat kita berdecak kagum dan bergetar sendiri.
Jika ada seseorang mengatakan, “ini adalah 1444 Hijriah”, sebenarnya ia sedang mengatakan, “ini adalah tahun ke-1444 setelah hijrahnya Rasulullah “, maka, apakah kita sebagai umat telah berusaha meneladani kerja besar Rasul itu?
Mengawali dakwah di Makkah, tapi justru uniknya kepemimpinan beliau ada di Madinah, dan justru Islam menembus barat dan timur saat ibukotanya di Damaskus.
Dilebarkan oleh para sahabat sampai sungai Eufrat di Iraq dan sungai Guadalquivir di Andalusia.
Ditinggikan menara azan dari megahnya Kairo yang perkasa hingga ufuk Mali yang kaya raya. Yang madrasahnya ada dari Kufah yang melegenda hingga Malaga dan Sevilla yang penuh dengan jejak cinta.
Mentalitas hijrah itu akan tetap hidup selama umat ini hidup, hingga terbentang nyatalah sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, “Sungguh agama ini akan menjangkau negeri yang bisa dijangkau oleh siang dan malam.” Artinya? Seluruh dunia!
[Cms]