LEMBUT kepada istri, bukan takut istri dijelaskan oleh Cahyadi Takariawan.
Konselor keluarga sekaligus pendiri Wonderful Family Institute ini mengatakan bahwa istilah “suami takut istri” menjadi teror bagi banyak kalangan suami.
Mereka malu karena diolok-olok teman-teman pergaulan sebagai suami takut istri.
Bahkan dibuatkan “organisasi” untuk labeling, seperti Ikatan Suami Takut Istri atau ISTI.
Ada lagi Ikatan Suami Takut Istri Kalo di Rumah disingkat ISTIKOMAH.
Berbagai stigma tersebut, membuat banyak lelaki ingin tampak gagah dan tidak disebut takut istri.
Namun sayang, keinginan tersebut justru menimbulkan sikap dan perilaku kasar kepada istri.
Mereka khawatir, kalau bersikap lemah lembut kepada istri akan disebut penakut.
Mereka tidak mau disebut sebagai Ketua Umum ISTI.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
View this post on Instagram
Namun akhirnya masuk barisan lainnya, ISGI atau Ikatan Suami Galak kepada Istri.
Atau masuk komunitas ISKI atau Ikatan Suami Kasar kepada Istri.
Padahal, sikap dasar lelaki muslim adalah lembut, santun dan penuh kasih sayang kepada istri.
Bukan galak, bukan kasar dan keras.
Kehadiran suami bukan menjadi teror dan ancaman bagi istri, namun menjadi hadiah terindah bagi istri.
Lembut Kepada Istri, Bukan Takut Istri
Baca juga: Kerja Sama Suami Istri Dalam Membangun Keluarga
Bersiap menikah artinya Anda bersedia untuk terikat dengan si dia dalam ikatan pernikahan, sampai akhir usia.
Terikat selamanya, karena tak boleh diniatkan untuk terikat sementara.
Harus ada persiapan yang matang. Harus ada perencanaan yang detail. Harus ada desain kehidupan yang rasional.
Anda akan menjalani kehidupan dalam ikatan pernikahan, selamanya. Bukan sementara.
Siapkah Anda saling terikat selamanya? Tidak bosankah Anda menjalaninya?
Kisah Tristan dan Susannah dalam Legend of The Fall bisa menjadi pelajaran bagi kita.
Bahwa “selamanya” itu bisa menjadi waktu yang sangat lama.
Maka ketika mengambil keputusan yang berdampak “selama-lamanya” harus dalam kondisi akal sehat dan hati bersih.
Jangan memutuskan pada kondisi emosi dan tergesa-gesa, kurang persiapan, serta kurang pertimbangan.
Kesalahan dalam mengambil keputusan, akan membuat kehidupan pernikahan menjadi hukuman yang menyakitkan di sepanjang kehidupan.[Sdz]