chanelmuslim.com – Waktu rapat acara Graduation Day di Jisc n Jibs, semua panitia menyampaikan akan ada penyematan pada juara juara kelas dan mereka bertanya "Mam Fifi mau nyumbang piala atau medal?" Saya bilang; "Saya mau nyumbang apa saja tapi buat semua anak." Karena buat saya, semua anak punya potensi baik dan harus dihargai. Sekali lagi bukan yang nilai UN-nya paling tinggi atau yang hafalan Qur'annya paling banyak. Anak prempuan saya pernah berbisik, "Ma'af yaa mii, salah satu faktor terbesar anak bisa ngafal Alquran tuh bukan karena Quran itu ajaib, tapi karena anaknya emang udah pintar.
Sehingga ketika menghafal dia paling banyak hafalannya juga paling lancar, dan ketika ujian IPA juga paling tinggi nilainya, emang anaknya otaknya pintar. Dari sananya sudah cerdas." Kembali ke masalah Graduation Day saya tekankan. Itu adalah hari dimana hampir semua orangtua murid datang, bahkan bawa neneknya. Tapi mereka tentu saja pingin lihat anaknya sendiri bukan anak orang, bukan hanya jadi penonton atas kehebatan anak orang lain dan semua melupakan kehebatan anaknya, yang tidak ter-expose. Saran saya, pada acara Graduation Day, ayuk beri kebahagiaan pada semua orangtua murid dan anak yang hadir.
Beritahu bahwa anak mereka tuh hebat, walau bukan juara matematika tapi mungkin rajin membantu teman, juga bukan juara menghafal Alquran tapi basketnya piawai, bukan juga jago science tapi kalau bikin puisi membuat hati tersayat-sayat, bukan juga yang jago Fisika tapi juga yang jago memanah, juga bukanlah anak yang handal dalam akademik saja, tetapi juga yang selalu memberi inisiatif agar di kelas tidak bosan kita anggap anak bandel.
Maka buatku semua anak hebat. Punya kelebihan masing-masing. Saya tekankan pada panitia acara Graduation Day, saya gak mau kasih medali buat beberapa anak saja, berikan pada semua anak dan kewajiban kita sebagai guru untuk melihat potensi special si anak sebagai kelebihan dia. Jadi, semua anak juara, karena "Every child is unique!" Gak percaya? Anak saya nilai TO (Try Out)-nya kurang bagus, dia harus belajar extra keras, tapi suatu hari kakek dan neneknya ingin keluar kota. Anak saya mengajukan diri ketika tidak ada yang bisa menemani. Awalnya saya marahm karena harusnya dia belajar, tapi finally dia bilang, "Kalau nenek kenapa-napa, kita semua akan menyesal seumur hidup dan aku akan feeling guilty kalau dengar orang lagi ujian TO, dan aku akan benci dengan kata kata TO."
Aku terdiam dan ternyata betul, dia menjaga kakek dan neneknya dengan hal yang gak ada di preparation TO di provinsi manapun. Tapi tetap blajar TO juga, tak dapat dinafikan. Hanya aplikasi nilai kehidupan mungkin lebih penting daripada sejuta teori kehidupan. (w)