AKU mau ngomongin negara Turkye juga ah gatel jari ingin ngetik karena aku pernah ke sana tahun lalu. Turkye atau di ejaan Indonesia Turki negerinya indah dan exotic juga luas ditata dan dikelola dengan baik. Waktu pertama kali diajak aku sedikit enggan, kupikir negara terbelakang, tapi kemudian aku senang banget, cantik banget.
Kabarnya Syria lebih cantik lagi. Syria dan Turkye tuh sebelahan negerinya kayak Malaysia dan Singapura bisa jalan kaki atau naik bus. Tapi Syria keburu dihancurkan oleh banyak pihak. Lucu saja lihatnya, negeri kecil gitu diserang ramai-ramai sama negara raksasa karena kabarnya ada ISIS.
Jadi, ISIS itu gede banget ya sampai sekarang nggak habis-habis. Walau sudah banyak yang datang buat ngabisin dan hancurin.
Baca juga: Halal Bi Halal atau Reuni?
Kembali ke masalah Turkye, yaa keren banget negeri itu perpaduan antara Barat dan Timur. Perempuannya juga cantik-cantik menurut aku dan teman-teman saat berkunjung ke Turkye perempuannya lebih cantik dari orang Arab.
Karena mereka tuh half. Biasanya, kalau blend cantiknya exotic. Sampai ada teman yang bilang, kasir tokonya saja bintang film, kucingnya saja anggora plus didukung alam yang sangat indah jadi perfecto deh.
Nasionalisme di Negara Turkye
Aku juga lihat sendiri. Nasionalismenya tinggi banget. Bendera dimana-mana dan dikibarkan walau bukan Independece Day. Pride mereka sebagai bangsa Turkye juga tinggi banget, dikit-dikit mereka bilang, ini khas Turkye, kalau kami orang Turkye, kalau Turkye itu. Pede banget.
Dulu kan Turkye pernah besar dan sisa-sisa kejayaannya masih jelas. Bahkan Erdogan punya cita-cita; di tempat kehancuran itulah akan terjadi kebangkitan.
Emang pemimpin mesti punya cita-cita, punya visi dan mengajak rakyatnya atau bawahannya membangun visi bersama. Turkye sekarang termasuk negara terkaya di Eropa. Dulu rank 111, sekarang masuk G 20. Ketika Uni Europe melemah disusul keluarnya British.
Bahkan IMF pinjam uang 5 miliard dollars US ke Turkye. Di saat Indonesia sibuk balikin hutang ke IMF. Lalu pencapaian ekonomi tuh meningkat 5 kali lipat. Kemudian di kala Universitas di Europe mulai memberlakukan bayaran pada studentnya, Turkye membebaskan semuanya dari TK sampai Universitas ditanggung pemerintah.
Jadi nggak heran, Erdogan cukup dicintai rakyatnya. Pemimpin itu harus berbuat dulu baru ngetop di medsos. Beda dengan proses pemilihan pemimpin di Indonesia. Dibuat ngetop dulu via medsos baru merencanakan akan berbuat.
Pemimpin di Negara Tukye
Ketika akhirnya jadi pemimpin itu juga belum kerasa ke rakyat. Sehingga belum cukup cinta. Yang ada sekarang adalah para pemimpin yang akan dipilih sibuk menyejahterakan rakyat dalam waktu sementara saja dengan sembako, kaus dan lain-lain.
Saat masa pra pemilihan sikapnya ramah dan melayani. Banyak senyum dan menjanjikan serta bersikap seolah-olah akan menjadi pemimpin yang mencintai dan melayani. Ketika sudah terpilih, tiba-tiba berubah sikapnya menjadi pemimpin yang acuh tak acuh.
Jadi ya wajar kalau rakyat kurang cinta bahkan nggak cinta sama sekali. Bagaimana mungkin kita saling mencintai kalau tidak ada interaksi. At least, bicarakan visi negeri ini bersama sebarkan mimpi dan cita cita negeri. Kayak dulu kan Suharto menjelaskan program REPELITA I, II dan seterusnya kayak apa dan gimana. Jadi rakyat tahu negeri ini mau dibawa ke mana gitu.
Aisyah ra. berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda di rumahku ini: ‘Ya Allah siapa yang menguasai sesuatu dari urusan umatku, lalu mempersukar pada mereka, maka persukarlah baginya. Dan siapa yang mengurusi umatku lalu berlemah lembut pada mereka, maka permudahlah baginya.'” (HR. Muslim)
Ya lain pemimpin, lain style dan tentu saja lain hasil, yang salah bukan pemimpinnya yang salah yang memilih. Hehe.
Jadi kalau Erdogan nanti terpilih lagi, nggak heran. Karena hasilnya tampak dan bukan rekayasa. Bukan membangun project mercusuar tapi dari gundukan hutang yang akan jadi bom yang harus ditanggung anak cucu kita.
Website: