Chanelmuslim.com – Dalam rapat, kadang kita harus berhenti untuk mendengarkan adzan dan menjawab adzan. Namun kita nggak tahu adzan mana yang harus diikuti karena suara adzan tuh bersahut-sahutan. Ada adzan dari masjid, surau kecil dan yang terakhir adzan dari hape peserta rapat (kadang-kadang kayak menyindir gitu, hehehe)
Bicara soal adzan. Saya suka membatin dalam hati di tengah ngantuk antara bangun mau wudhu dan mata yang masih berat juga rasa bersalah karena kecapekan sehingga gak sempat shalat malam. Nah, dalam kondisi galauness kayak gitu saya mikir, “Hebat banget yang jadi muazzin nii sudah standbye pagi-pagi sendirian mengumandangkan adzan, yang jelas walau hujan lebat sekalipun ketika harus adzan pada waktu yang telah ditentukan, sang muazzin tetap adzan, adzannya gak bisa di postpone nunggu hujan reda.”
Ok, kalau yang mesjid besar mungkin muadzinnya dibayar namun kalau surau kecil? Di situlah hebatnya seorang muadzin, komitment untuk ngumandangkan adzan adalah latihan kedisplinan tersendiri. Karena suka atau tidak harus dilakukan, dalam kondisi apapun, sakit perut, malas, bête, marahan sama istri, semua harus di lawan untuk kepentingan adzan.
Baca juga: Pagi yang Cerah Dimulainya Taklim
Pikiranku iseng, mungkin dia adzan dulu terus balik ke rumah, ngomel sama istrinya lagi, haha. Tapi mungkin udah gak terlalu galak karena amarahnya udah kesiram air wudhu.
Soal adzan, dulu waktu di Malaysia saya sempat kesal dengan muazzin dekat rumah sewa kami, karena ingat anak-anak saya masih kecil pada shaum dan tahu sendiri di Malaysiakan waktu nambah satu jam sehingga buka puasa tuh pukul 19.15, nah kita tunggu dengan sabar.
Bahkan sampai hampir pukul 19.45, anak-anak duduk manis depan meja sambil meringis nahan sakit perut. Tiba-tiba saya lihat muazzinnya jalan santai sambil ngobrol-ngobrol dengan seorang jamaah masjid dan saya teriak dari dalam rumah, “Sudah magrib belum Pak?”
Beliau menjawab, “Sudah Bu,, maaf saya buka puasa dulu.”
Hedeuhh… memangnya anakku gak puasa apa?
Sedikit kisah mengharukan dari Bilal, gak tahu kenapa aku agak ngefans sama Bilal satu hari Bilal menghadap khalifah Abu bakar dan bilang beliau gak mau lagi jadi muazzin karena kalau mengumandangkan adzan “Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah”, maka kenangan lamanya bangkit kembali pada Rasulullah yang sangat dicintainya yang sudah meninggal pada masa itu dan gak sanggup meneruskan adzan sampai selesai -mantap cintanya yaa- sangat iri…
Yang jelas, kita di Indonesia tuh bersyukur banget deh dengar adzan dengan indahnya dan banyak dimana pun kita berada. Jadi orang Indonesia kalau pada gak shalat keterlaluan di Amerika banyak mualaf dan mereka keinginannnya satu, ingin tinggal di negeri dua muslim supaya bisa bebas dengarkan adzan.
Satu hal lain, anakku yang di Australia bilang, “Negeri ini terlalu sepi, untuk dengar adzan saja aku harus mengandalkan jam adzan yang kalau baterenya mati, maka aku bingung seharian.”
Yaa satu-satunya yang harus dijaga anakku adalah jangan sampai jam adzan mati baterenya. Batere jam disimpan banyak-banyak dalam laci, jadi kalau tiba-tiba batere jam adzan mati bisa langsung dihidupkan lagi.
Baru rasa yaa, hidup di negeri penuh adzan itu indah, kadang kita kurang menghargai sesuatu bila kita belum pernah kehilangan sesuatu itu.
(Janur house, at home, 7 March 2015)
Allah berfirman, “Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (melaksanakan) salat, mereka menjadikannya bahan ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka orang-orang yang tidak mengerti.” (QS. Al Maidah: 58)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBS