ChanelMuslim.com – Coretan iseng ini memang tentang topik yang sudah basi, yaitu soal nge-bully. Saya paling nggak suka sama orang yang senang mem-bully. Saya sendiri sebetulnya sensitif. Kalau ada yang mem-bully, saya langsung pasang jarak. Anak saya kagum sama saya karena katanya, “Ummi jago ngomong.”
Jadi, orang yang tadinya mem-bully, saya balikin kalimatnya sampai dia merah padam. Tapi akibatnya saya menyesal. Saya jadi dosa. Dan ini menimpa seorang ustaz, Ustaz Kabir. Dia mem-bully saya dengan mengatakan, “Wahaha, tahu kan siapa yang paling membutuhkan makanan?” di depan beberapa orang bapak-bapak sambil menunjuk saya.
Saya balas, kebetulan sang Ustaz Kabir baru baik dari sakit sehingga kurusan. Saya bilang, “Ya, daripada Ustaz, kurus nggak keurus. Jadinya sakit-sakitan.”
Sang ustaz diam. Jama’ah terdiam dan saya pura-pura nggak tahu mereka diam. Saya berlalu. Dalam hati, “Salah sendiri, kau yang memulai.”
Tapi sesudahnya saya menyesal. Saya merasa berdosa. Tapi mau minta maaf gengsi. Lagian sudah jauh.
Ada lagi seorang ustazah ceramah, ingin melucu, “Ada juga manusia yang segalanya berlebih. Jadilah manusia yang selalu berlebih. Seperti Bu Fifi kelebihan berat badan. Hahahaha.” Dia tertawa sendiri.
Saya mau membalas tapi saya nggak enak. Audience juga diam. Alhamdulilah tidak ikut tertawa. Kok ceramah isinya ngetawain orang? Saya jadi illfil. Ketika ada sesi foto-foto setelah ceramah saya nggak mau berfoto sama dia.
Setelah itu saya menjauh. Saya nggak mau main sama dia lagi. Dia kontak saya, saya cuek saja. Saya pikir banyak teman yang bisa menambah keimanan saya. Jadi buat apa main sama orang yang menambah kekesalan saya. Walaupun dia seorang ustazah sekalipun.
Yang saya heran kok ustaz dan ustazah suka mem-bully ya? Saya agak illfil dengan yang kayak gitu. Malas ketemu. Juga dengan orang yang ketika ketemu menunjuk jerawat di dagu saya. Kadang-kadang, kalau lagi sibuk saya suka jerawatan. Satu saja tapi lumayan besar. Nggak dosa kan? Tapi, saya malas dengan teman saya perempuan yang mengatakan, “Ih jerawat besar banget. Mikirin siapa?” sambil menunjuk jerawat saya di depan beberapa orang. Buat saya itu nggak etis .
Dan sejak itu saya janji nggak mau ketemu dia lagi. Nggak akan saya datang lagi ke tempatnya. Ketika pulang dia katakan, “Jangan bosan ke sini ya. Nanti main lagi.”
Iya saya nggak bosan tapi saya sudah illfil. Saya sendiri nggak pernah bully orang. Saya nggak peduli dia jerawatan, gemuk, ada tompel atau berkulit hitam. Bukan urusan saya. Bagi orang yang suka mem-bully, jangan kepedean deh dengan menghina atau mentertawakan fisik orang lain.
Kalian juga banyak kekurangan. Cuma aku tahan saja mulutku untuk nggak nge-bully. Dengan orang lain diam bukan berarti kalian tuh sempurna. Jangan sok. Aku sih bisa saja balas-balasin orang yang suka mem-bully tapi nggak level. Kayak nggak ada kerjaan. Tapi ingat, sekali mem-bully jangan harap ketemu aku lagi. Jangan harap aku meletakkan kamu di hatiku. Never.
Buat para ustaz dan ustazah, antum memang hebat. Allah kasih karomah bisa ceramah yang memesona, juga terkenal, tapi jaga akhlak dong. Ingat panutan pada Rasulullah. Yang jelas, tausiyahmu nggak masuk lagi ke hatiku. Aku nggak bisa pura-pura. Sorry to say.
Semua orang ada kekurangan tapi bukan untuk jadi bahan bully agar hatimu senang. Ingat ya, siapa yang bully aku atau aku lihat suka mem-bully orang. Jangan harap aku suka padamu. Janji malam Senin. Emaknya Ben.
Note; yuk bertekad jangan jadi orang yang mudah mem-bully. Tahan mulut. Cari topik canda yang lucu beneran tanpa menyakitkan. Pikir deh. Kalau nggak ada, diam saja sudah.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan, “Takutlah kalian terhadap doanya orang yang didzalimi. Karena tidak ada tabir antar dia dengan Allah.” (HR. Bukhari 2448).
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter: