Chanelmuslim.com – “Mam tahu gak kalau durian yang waktu itu kita beli di Anyer ternyata, pisaunya di celup cairan gula lalu durennya nempel di pisau dan kita cobain deh. Enak manis tapi yang waktu itu di bawa pulang, kan semuanya gak manis. Jadi yang manis cuma satu di situ saja…” seru Dewi salah satu stafku.
Oh negeriku, tukang duren aja harus menipu. Padahal setahuku Allah sudah ciptakan durian dengan rasa yang asyik, manis dan legit. Kok bisa bisa-bisanya durian sepet dijual lalu celupin gula.
Kemudian aku membaca broadcast yang memberi tahu agar hati-hati makan apel karena kulitnya di lapisi formalin yang bisa bikin kulit apel jadi menarik dan mengkilat.
Aku jadi berpikir kenapa kita musti super hati-hati di negeri sendiri ? Itu kan sama saja kita harus pakai sepatu boot dalam rumah sendiri karena khawatir ada duri di lantai rumah kita. Betapa tidak enaknya ketika kita merasa tidak nyaman di rumah sendiri malah merasa lebih nyaman di rumah orang lain.
Suatu waktu aku ingin pulang ke Indonesia bawa sekeranjang buah peer, aku suka buah perr daripada apl. Karena apel suka asem, peer rasanya selalu sama. Tapi aku jadi membantin kalau aku beli buah peer di pasar tradisional jangan-jangan ada belatungnya, atau ulat dan pestisida di kulitnya. Berbeda kalau belinyaa di ranch market atau total buah, apalagi kalau belinya di daerah org kaya, yang banyak bulenya, dijamin buah-buahannya lebih bagus dan lebih higienis walau tak dipungkiri pasti lebih mahal.
Katanya negeri kita kaya dan kita punya tanah berwarna merah, tanah merah itu lambang kesuburan dibandingkan tanah warna putih kayak di Australia. Jadi seharusnya tinggal tanam saja bisa numbuh, tanpa harus ragu-ragu.
Tetapi dengan banyaknya pemberitaan dan info viral membuat banyak yang jadi ragu-ragu. Di rumah sendiri di negeri sendiri, ragu menanam, ragu-ragu membeli, ragu-ragu untuk makan.
Akhirnya kita hanya bisa merasakan lega ketika harus makan buah di negeri orang, yang pisangnya memang besar tapi rasanya hambar. “Kok pisang Australia hambar yaa mi,” ujar anakku suatu hari. Ya saya diam saja, khawatir tukang pisNg tersinggung.
Sampai kapan kita harus berjalan di rumah sendiri dengan hati-hati ..?