ChanelMuslim.com – Tips memasarkan produk di generasi digital sudah seharusnya diketahui. Dalam acara Dompet Dhuafa bertema “Ngopi Ngopi Cantik – Millenial, Lifestyle, Zakat, Yuswohady berikan gambaran dan tips untuk memuaskan konsumen.
“Brand yang banyak memberikan benefit akan menjadi favorit di kalangan milenial seperti memebri diskon, bonus poin, voucher atau flash sale,” ujar di Bakso Boedjangan Pejaten, Jakarta, Rabu (11/05).
Pemberian benefit ini sangat disukai milenial, termasuk siapapun yang hidup di generasi digital. Khusus milenial yang umurnya sekitar 22-38 tahun, konsumen milenial lebih memilih menghabiskan uangnya untuk pengalaman dari pada barang. Memberikan pengalaman dapat memuaskan konsumen milenial.
Para konsumen milenial juga pencari kebahagiaan masa sekarang. Sejak beberapa tahun belakangan ini, pertumbuhan konsumsi leisure ( menginap di hotel, jalan-jalan dll) naik pesat dibandingkan non leisure (makanan, pakaian).
Generasi milenial ini menyukai era digital, mendapatkan pelayanan bagus dan bisa mengeluarkan harga murah. Gaya hidup di kalangan milenial juga mementingkan “berbagi” dari pada memiliki.
Dalam melakukan pemasaran produk atau jasa, gunakan cara peer to peer untuk lebih dekat. Gunakan juga pendekatan budaya agar lebih terkena dampak manfaatnya.
Produk atau brand yang yang menggunakan pendekatan budaya, lebih mudah dicerna banyak orang. Ada unsur gaya hidup yang tak terpisahkan pada pendekatan budaya.
“Misalnya kajian hijrah fest, dulu orang jarang mau pergi ke kajian dengan banyak alasan. Sekarang, acara hijrah fest terlihat lebih cool karena sudah menjadi bagian gaya hidup,” tambahnya.
Pemasaran produk juga bisa sekaligus berdakwah. Banyak muslimah masa kini tertarik berhijab, bukan karena diceramahi guru mengaji. Mayoritas sekarang, muslimah berhijab mengikuti temannya dan dakwah yang dilihat dari media sosial.
Cara syiar ini bersifat horizontal dan sama sekali tidak menggurui. Revolusi gaya hidup tersebut semakin meluas karena pendekatan peer to peer. Brand atau produk yang patuh pada nilai Islam pun justru diminati.
Memasarkan produk meman harus dengan strategi kuat dan matang, terlebih market muslim Indonesia sangat berpotensi. Sebagai negara mayoritas muslim, Indonesia harus menjadi tuan rumah sendiri dalam menguasai sebuah produk Islami.(Firda)