ChanelMuslim.com- Selama pemberlakuan PPKM, usaha warung makan dan restoran diharuskan hanya menerima delivery atau take away. Ini akan menyebabkan pendapatan warung makan dan resto turun drastis. Apalagi untuk warung makan yang belum terkoneksi dengan layanan antar berbasis daring.
Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan untuk bertahan selama menghadapi masa PPKM ini?
Baca Juga : Menjadi Pengusaha Muslimah, Ini Tipsnya
Berikut strategi menghadapi PPKM untuk usaha warung makan
Sebelum saya menjelaskan ide yang akan saya kemukakan, ijinkan saya untuk bercerita terlebih dahulu.
Pada suatu waktu saya pernah mengadakan syukuran untuk launching salah satu varian baru sale pisang.
Saat itu saya mengumumkan di facebook dan beberapa group UMKM maupun wirausaha bahwa saya memberikan gratis 1 pack sale pisang varian baru tersebut. Peminat hanya dibebani ongkos kirim.
Setelah beberapa hari kami disibukkan dengan kegiatan packing dan pengiriman.
Total pengiriman saat itu sampai mencapai sekitar lima ratus alamat. Mohon maaf untuk yang belum terkirim karena kami kehabisan stok.
Apakah kami rugi, mengirim sedemikian banyaknya dengan gratis? Tidak.
Kami justru malah untung.
Tanpa kami duga sebelumnya, orang-orang yang mau diberi gratis juga menginginkan varian lainnya. Dan kami punya 4 varian. Jadi gratis 1, beli 3.
HPP yangg gratis 1 tertutup dari pembelian 3 pack lainnya.
Kemarin, salah satu murid saya yang buka warung makan padang di Depok, mengeluhkan tentang PPKM ini. Katanya, warung yang nekad buka meja dan kursinya di angkut Satpol PP.
“Bagaimana nih pak, padahal udah terlanjur masak,” katanya.
“Bagikan saja. Nanti juga habis,” jawab saya.
“Lah nanti buat belanja besoknya uang darimana pak?,” tanyanya lagi.
“Begini caranya,” jawab saya.
Baca Juga : Tips Bangun Brand Bisnis di TikTok ala Aulia Fashion
Kemudian saya menjelaskan strateginya. Saya menyuruh dia membuat pengumuman di group-group kuliner Depok, bahwa warungnya membagikan 1 bungkus nasi padang gratis untuk 1 alamat pengiriman. Dan peminat dibebani ongkos kirim sewajarnya.
Malam harinya, dia memberi laporan bahwa hari itu dia masak sampai 2 kali. Padahal di hari biasa 1 kali masak saja terkadang tidak habis.
Apakah rugi? Tidak.
Karena peminat juga menghitung jumlah anggota keluarga dirumah. Jadi 1 alamat bisa pesan 3 sampai 6 bungkus nasi padang, sedangkan yang gratis cuma 1.
Adakah yang pesan cuma 1 bungkus?
Ada. Dari awal saya suruh diniatkan untuk sedekah.
“Apa mungkin pemesan memperhitungkan ongkos kirimnya ya pak, jadi sekalian pesan banyak?” tanyanya lagi.
“Bisa jadi begitu. Tetapi masa iya sih, bapaknya makan nasi padang sementara anak istri cuma nonton?” jawab saya.
Demikian itulah cerita seorang warung makan yang membagi strategi bisnisnya di masa PPKM darurat ini.
Silakan dimodifikasi sesuai dengan usaha yang sedang kamu jalani dan semoga bermanfaat. [Wmh]