SANIYAH adalah seorang pemudi berusia 21 tahun yang bisa mencapai omzet belasan juta setiap bulannya dari bisnis busana Muslim. Kesuksesannya dalam berbisnis ini dirasakan Saniyah dalam setahun terakhir.
Berbekal ilmu yang didapat setelah mengikuti program kecakapan wirausaha (PKW), ia berhasil merintis bisnis di bidang garmen.
Terus bergerak dan belajar, salah satunya melalui PKW di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjadi kunci sukses Saniyah raup omzet belasan juta setiap bulannya.
Baca Juga: Kisah Sukses Bocah 11 Tahun Bangun Bisnis Cokelat di Malaysia
Kisah Saniyah, Pemudi Usia 21 Tahun yang Capai Omzet Belasan Juta dari Bisnis Garmen
PKW adalah layanan pendidikan melalui kursus dan pelatihan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan menumbuhkan sikap mental wirausaha dalam mengelola potensi diri dan lingkungan yang dapat dijadikan bekal untuk berwirausaha
“PKW sangat bagus. Melalui program ini kita tidak hanya diajarkan, namun dilatih dan didampingi supaya bisnis kita berkembang. Setiap bulan, aktivitas bisnis kita dicek sehingga terpantau setelah lulus program jadi apa dan modal yang diberikan dipakai apa, berhasil atau tidaknya semua dimonitor,” katanya.
Saniyah anak ketiga dari empat bersaudara ini telah menunjukkan minatnya pada tata busana sejak duduk di bangku sekolah. Lulusan SMKN 4 Surakarta Jurusan Tata Busana ini memilih untuk mengikuti program PKW setamat dari sekolah karena ingin segera terjun menjadi wirausaha muda.
Saniyah mendaftar untuk ikut seleksi PKW dan lulus pada tahun 2022. Selama tiga bulan ia menjadi peserta PKW, Saniyah mendapat ilmu tentang cara memulai usaha, mendesain baju, menjahit, dan teknik pemasarannya.
Setelah mendapatkan modal mesin jahit, ia mulai membuka jasa menjahit di rumahnya. Selesai mengikuti pembekalan program, selama enam bulan bisnisnya dipantau oleh penyelenggara PKW.
“Dari situ saya merasa ada semangat lagi untuk memulai usaha,” ungkapnya.
Sebelum mengikuti PKW, ia sempat merintis bisnis totebag dan piyama namun kurang berhasil. Berbekal modal yang ia terima dari PKW, Saniyah terus mengembangkan bisnisnya hingga kebanjiran order selama bulan Ramadan tahun 2022.
Kala itu, banyak orang yang hendak mempersiapkan baju baru untuk dipakai berlebaran.
“Saya hampir tidak tidur untuk menyelesaikan pesanan namun dari situ saya mendapat modal lebih banyak untuk memulai produksi pakaian dalam skala yang lebih besar,” tuturnya yang juga masih menerima jahitan sambil menggeluti usaha konveksi kecil-kecilan.
Di sekitar tempat tinggal Saniyah, banyak yang memproduksi gamis. Melihat potensi pasar itulah, Saniyah memfokuskan bisnisnya memproduksi busana muslim.
Rupanya keberuntungan berpihak pada Saniyah, tak lama berselang, ada acara haul di Kota Surakarta sehingga ia kembali kebanjiran order gamis selama tiga hari. Penghasilannya dari event tersebut hingga mencapai belasan juta rupiah.
“Dari hasil itu, saya lebih bersemangat lagi (berbisnis) karena modal yang saya miliki saat itu bertambah banyak untuk mengembangkan bisnis lebih besar lagi,” ucapnya.
Dari waktu ke waktu makin banyak order jahitan yang diterima Saniyah. Seperti orderan mukena dan daster yang dipesan kepada dirinya untuk dijual kembali dengan merk dagang lain di media sosial.
“Itu banyak banget jumlahnya dan mereka jahitnya ke Saniyah,” sebutnya yang menangani hingga ratusan jahitan setiap bulan dan berhasil memenangkan omzet belasan hingga puluhan juta.
Meski usianya terbilang muda namun semangat untuk mengembangkan potensi masyarakat sekitar sudah terpikir olehnya. Saniyah memberdayakan 25 orang karyawan yang berasal dari wilayah sekitar rumahnya untuk bekerja sebagai tim potong, tim jahit, tim pengemasan, dan tim pengiriman.
“Di samping menerima pesanan, saya juga membuka butik di rumah saya dengan merk dagang sendiri. Produk yan dihasilkan merambah ke jilbab, hampers mukena, hampers anak untuk kado maupun sovenir,” tutur pemilik hanniboutique20 ini.
Tantangan terbesar yang dirasakan selama menggeluti bisnis adalah pesatnya persaingan di bidang garmen. “Tapi saya percaya rezeki sudah ada yang mengatur,” ucapnya optimistis.
Bisnisnya justru berkembang dari mulut ke mulut, namun ia menyadari seiring perkembangan zaman, promosi produk juga perlu dilakukan melalui marketplace dan sosial media.
Dukungan dari keluarga menjadi motivasi bagi Saniyah dalam mengatasi berbagai tantangan dalam merintis bisnis.
“Orang tua selalu mendukung terutama saat kita berada di titik rendah. Mereka berpesan agar saya harus melawan rasa takut dan putus asa untuk bangkit kembali ketika gagal,” ucap dara kelahiran tahun 2002 ini.
Menurutnya, sebagai pengusaha, pola pikir yang harus dibangun adalah terus bergerak karena hanya dengan berusaha seorang pengusaha bisa memiliki modal untuk meneruskan dan mengembangkan usahanya tersebut.
“Kalau kita berhenti, kita bakal down. Mental pengusaha harus sedemikian kuat karena dalam bisnis kita akan menemukan berbagai ujian. Bisa jadi tahun ini bisnis kita ramai pembeli, namun tahun depan sepi.
Cara untuk mengatasi ujian adalah fokus menyelesaikan masalah itu sendiri, bukan fokus pada kegagalan kita. Jangan berhenti berusaha,” jelasnya menyemangati generasi muda yang ingin atau sedang memulai bisnis.
Saniyah juga mengatakan bahwa sebagai pengusaha harus terus mengasah keterampilan dan kreativitas dari berbagai sumber. Jika bisnis gagal pada sisi tertentu maka lakukan evaluasi dan fokus pada solusinya.
Berkolaborasi dengan orang lain dalam mengembangkan bisnis juga penting untuk bertahan di dunia entrepreneur.
“Manfaatkan jejaring untuk mempromosikan usaha yang kita geluti,” ucap Saniyah yang mengaku masih perlu mengasah keterampilan promosinya.
Ke depan, Saniyah berencana mengoptimalkan teknologi digital untuk memasarkan produknya. “Zaman sekarang masyarakat kita bahkan dunia menggunakan media sosial maka saya akan gencarkan memasarkan produk dengan memanfaatkan sarana tersebut,” tekadnya.
[Cms]
Sumber: Kemdikbud.go.id