ASOSIASI Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) melaporkan bahwa dari sebanyak 60 anggotanya saat ini, sekitar 90% berasal dan beroperasi di sekitar Jabodetabek, selebihnya tercatat dari Jawa dan Bali.
Ketua Umum APPRI, Sari Soegondo mengatakan perlunya upaya yang lebih intensif dan jangkauan yang lebih efektif untuk dapat menggugah para praktisi PR di luar Jawa dan Bali agar menekuni dunia konsultasi dan membentuk perusahaan PR di provinsinya masing-masing.
“Hal ini terkait juga dengan perjalanan panjang PR di Indonesia, perlu upaya peningkatan standar dan kualitas kerja PR secara berkelanjutan, sehingga memiliki daya saing yang baik setaraf penyedia layanan internasional,” ujar Sari, Jumat (30/08/2024) di Jakarta.
Dalam kesempatan itu, Sari mewakili APPRI juga menyerahkan buku “Public Relations di Indonesia dari Masa ke Masa” kepada Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Budi Arie Setiadi.
“Buku ini merupakan bagian dari komitmen APPRI untuk mendokumentasikan dan menggarisbawahi peran strategis public relations (PR) di berbagai zaman, di berbagai sektor pembangunan, dan di berbagai konteks,” ungkap Sari.
Selain itu, buku ini disusun melalui studi literatur, pengumpulan data yang mendalam, dan wawancara dengan para praktisi kehumasan, pejabat, akademisi, dan sejarawan.
“Buku ini mengupas perjalanan panjang profesi kehumasan di Indonesia, mulai dari masa pra-kemerdekaan hingga era digital saat ini – termasuk perubahan praktik yang signifikan melalui masa pandemi,” lanjut Sari.
baca juga: Ketika Tukang Sapu Sejajar dengan Kepala Polisi
Data APPRI: Perusahaan Public Relation Lebih Banyak Berpusat di Jabodetabek
Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Budi Arie Setiadi, menyambut baik penyerahan buku ini dan menyatakan bahwa karya ini merupakan kontribusi penting dalam memperkaya literasi sejarah komunikasi di Indonesia.
“Saya berharap buku ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda yang ingin menekuni bidang PR dan menjadi bagian dari sejarah panjang komunikasi di Indonesia. Praktisi PR perlu terus beradaptasi sesuai perkembangan teknologi komunikasi dan informasi mengingat tantangan praktisi masa ini utamanya adalah mengatasi disinformasi, terutama hoaks,” ujar Menteri Budi.
Sari mengatakan, penyusunan buku itu adalah wujud penghargaan terhadap perjuangan dan kontribusi para praktisi PR dalam menegakkan marwah profesi, dan mengembangkan sektor komunikasi, kehumasan dan informasi di Indonesia.
APPRI optimis bahwa buku ini tidak hanya menjadi referensi penting dan contoh praktik baik bagi para profesional dan akademisi, tetapi juga sebagai pengingat akan tanggung jawab para praktisi untuk terus menjaga integritas dan kualitas komunikasi publik di tanah air.
Diskusi dan penyerahan buku ini dilakukan sekaligus untuk memperkenalkan Pengurus dan Penasehat APPRI periode 2024-2027, yang dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi Kementerian Komunikasi dan Informatika, antara lain Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Prabu Revolusi dan Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Media dan Komunikasi Milly Prabawati Achari.[ind]