ChanelMuslim.com – Konsep autophagi adalah membuat tubuh lapar. Ketika tubuh seseorang lapar, sel-sel tubuhnya pun ikut lapar.
Sel-sel yang lapar ini akan memakan sel-sel dirinya yang sudah tidak beguna lagi atau sel-sel yang telah rusak atau sel mati, agar tidak menjadi sampah dalam tubuh.
Baca Juga: Durasi Puasa Terpanjang dan Terpendek di Dunia
Konsep Autophagi sama dengan Berpuasa
Dengan demikian, sel-sel mati ini tidak akan menghasilkan sesuatu yang bisa membahayakan tubuh.
Jadi, tubuh orang yang berpuasa akan membersihkan dirinya sendiri.
Ilmuwan bernama Yoshinori Ohsumi telah membuktikan dan menemukan bahwa ketika seseorang lapar (PUASA) dalam jangka waktu tidak kurang dari 8 jam dan tidak lebih dari 16 jam,
tubuh akan membentuk protein khusus di seluruh tubuh yang disebut autophagisom.
Autophagisom tersebut bisa dianalogikan sebagai suatu sapu raksasa yang mengumpulkan sel-sel mati yang tidak berguna dan bisa membahayakan tubuh untuk dikeluarkan.
Baca Juga: Manfaat Puasa bagi Kesehatan Fisik dan Mental
Sel-sel mati ini banyak dihasilkan oleh sel kanker dan sel berbentuk kuman (virus atau bakteri) penyebab penyakit.
Protein autophagisom tersebut menghancurkan dan memakan sel-sel berbahaya tersebut, lalu mengeluarkannya.
Sebagai kesimpulan dari riset ini, dokter Yoshinori Ohsumi menyarankan agar seseorang bisa menjalani praktk melaparkan diri (PUASA) dua atau tiga kali dalam seminggu.
Penelitian ini telah memenangkan penghargaan NOBEL KEDOKTERAN kepada dokter Yoshinori Ohsumi pada tahun 2016 atas riset yang ia namakan AUTOPHAGI.
Baca Juga: Panduan Sehat Berpuasa bagi Ibu Menyusui
Eksperimen yang Inovatif
Yoshinori Ohsumi telah aktif di berbagai bidang penelitian, tetapi setelah memulai labnya sendiri pada tahun 1988, ia memfokuskan upayanya pada degradasi protein di vakuola,
organel yang sesuai dengan lisosom dalam sel manusia. Sel jamur relatif mudah dipelajari dan oleh karena itu, sering digunakan sebagai model untuk sel manusia.
Mereka sangat berguna untuk identifikasi gen yang penting dalam jalur seluler yang kompleks. Tapi Ohsumi menghadapi tantangan besar;
sel ragi berukuran kecil dan struktur dalamnya tidak mudah dibedakan di bawah mikroskop dan dia tidak yakin apakah autophagy bahkan ada dalam organisme ini.
Ohsumi beralasan bahwa jika ia dapat mengganggu proses degradasi dalam vakuola saat proses autofagi aktif, maka autofagosom akan terakumulasi di dalam vakuola dan menjadi terlihat di bawah mikroskop.
Oleh karena itu, dia membudidayakan ragi bermutasi yang kekurangan enzim degradasi vakuolar dan secara bersamaan menstimulasi autophagy dengan membuat sel-sel kelaparan.
Baca Juga: Kombinasi Jus Buah dan Sayur untuk Berbuka Puasa
Konsep Autophagi yang Mengejutkan
Hasilnya sangat mengejutkan!
Dalam beberapa jam, vakuola diisi dengan vesikula kecil yang belum terdegradasi. Vesikel tersebut adalah autofagosom dan eksperimen Ohsumi membuktikan bahwa autofagi ada dalam sel ragi.
Tetapi yang lebih penting, dia sekarang memiliki metode untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi gen kunci yang terlibat dalam proses ini.
Ini adalah terobosan besar dan Ohsumi menerbitkan hasilnya pada tahun 1992.
Dilansir dari Wikipedia, Yoshinori Ohsumi (lahir di Fukuoka, Jepang, 9 Februari 1945; umur 76 tahun) adalah seorang ilmuwan biologi sel dan profesor di Tokyo Institute of Technology.
Ia menerima Penghargaan Kyoto untuk Sains Dasar pada tahun 2012,
Nobel Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 2016 dan Hadiah Terobosan dalam Ilmu Kehidupan pada tahun 2017 dalam penelitiannya mengenai mekanisme autofagi.
Baca Juga: Manfaat Puasa Senin Kamis bagi Kesehatan
Berpuasa bagi Muslim
Alhamdulillah bagi Muslim, kita disunnahkan puasa Senin dan Kamis, dan diwajibkan bagi yang beriman berpuasa selama 1 bulan di bulan Ramadan.
Artinya, konsep AUTOPHAGI sesungguhnya sudah disarankan sejak 15 abad yang lalu oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Tinggal kita mempraktikkannya dengan tata cara puasa yang benar.
Wallahu a’lam bishawab.[ind]
sumber: https://www.nobelprize.org/prizes/medicine/2016/press-release/