ChanelMuslim.com – Kisah anak yang gagal ginjal ini ditulis oleh Feni Linda Wati atau biasa dipanggil Emak Alin yang berdomisili di Samarinda. Tulisan ini diunggah di grup Komunitas Bisa Menulis pada 28 Desember 2021. Berikut kisah selengkapnya.
Kurang lebih 2 tahun lalu aku pernah menulis tentang anak lelaki usia 13 tahun yang mengalami gagal ginjal, dan harus cuci darah 2 kali dalam seminggu. Saat itu, aku menulis di KBM old dan direspon lebih dari 5 ribu pembaca.
Sekarang aku kembali ingin mengingatkan para orang tua kisah itu. Karena beberapa bulan terakhir ini, setiap transfusi di rumah sakit.
Selalu ada saja pasien anak yang bermasalah ginjalnya. Bulan lalu anak lelaki 15 tahun.
Bulan ini, anak perempuan usia 10 tahun harus masuk PICU beberapa hari karena ginjalnya radang dan infeksi. Kondisi ini sangat memprihatinkan.
Dulu, kita sering mendengar orang dewasa mengalami gagal ginjal, bisa karena akibat gaya hidup yang kurang baik saat muda, bisa juga karena komplikasi dari penyakit lain seperti diabetes melitus, asam urat, ISK, kanker serviks dan lain sebagainya.
Sekarang banyak usia anak-anak yang sudah bermasalah ginjalnya. Jika masalah ginjalnya disebabkan karena Autoimun (lupus), ataupun kelainan ginjal bawaan lahir, memang kita tidak bisa berbuat banyak.
Tapi banyak dari mereka yang ginjalnya bermasalah murni karena pola asuh. Karena gaya hidup, makanan dan minuman sehari-hari.
Pengalaman yang paling membekas yang berhubungan dengan anak gagal ginjal adalah saat Alin transfusi dua tahun lalu.
Biasanya, Alin dirawat di ruang perawatan khusus hematologi dan onkologi, khusus anak-anak kelainan darah, kanker dan tumor.
Tapi saat itu, ruangan khusus hematologi dan onkologi penuh, sehingga Alin dimasukkan ke ruangan lain, sekamar dengan anak laki-laki, usia 13 tahun.
Badannya bengkak, dia didiagnosa gagal ginjal, dan harus cuci darah 2 kali dalam seminggu.
Di tubuhnya banyak menempel jarum infus. Di perut kirinya juga ada menempel kantong yang menampung cairan yang keluar dari ginjal.
Anak ini selalu merintih kesakitan. Dia sampai tidak bisa tidur karena kesakitan. Rintihannya itu membuat aku ikut merasakan nyeri.
Kutanya dia, apa yang sakit, Dia jawab, “semua Tante”, semua badanku terasa sakit.
Untuk masalah kesehatan, aku termasuk tipe yang keponya luar biasa. Rasa penasaranku muncul, bagaimana bisa anak umur 13 tahun sudah mengalami gagal ginjal.
Baca Juga: Pasien Gagal Ginjal Masih Punya Harapan untuk Bertahan Hidup
Kisah Anak yang Gagal Ginjal, Penyebabnya adalah Minuman Ini
Aku bertanya, bagaimana awalnya sampai didiagnosa gagal ginjal, dan bagaimana gaya hidupnya selama ini. Dan fix ini karena kesalahan pola asuh.
Tapi aku tidak bisa 100 persen menghakimi jika ini murni kesalahan ibunya. Ini hanya masalah keterbatasan pengetahuan dan waktu orang tua dalam memperhatikan apa yang dimakan dan diminum anaknya.
Namanya Burhan, karena usianya jauh di atas Ralien anakku, aku memanggilnya Abang Burhan. Dia adalah anak dari seorang ibu single parent.
Mereka orang perantauan dari pulau seberang. Terdiri satu ibu dengan dua anak laki-laki. Karena faktor ekonomi, sehingga dalam kesehariannya Burhan dipaksa harus bisa mandiri mengurus diri sendiri.
Ibu dan kakaknya bekerja di kebun sawit, jadi buruh harian lepas. Karena lokasinya jauh dari perkampungan, ibu dan kakaknya tidak bisa pulang setiap hari.
Burhan hanya dibekali uang untuk menghidupi dirinya selama ibu dan kakaknya di kebun.
Layaknya anak laki-laki, untuk bertahan hidup, di kepalanya hanya ada makanan dan minuman praktis, mie instan menjadi makanan pokok selain nasi. Minuman saset dan kemasan siap saji menjadi pilihannya.
Mungkin karena terbiasa berkumpul dengan para pekerja yang mengandalkan tenaga dan biasa minum minuman berenergi. Burhan jadi ikut-ikutan meminumnya.
Karena rasanya yang segar membuat Burhan ketagihan. Karena minuman seperti ini sangat mudah didapat. Banyak dijual di warung-warung kecil sekitar rumahnya.
Burhan jadi sering sekali minum extr*j*ss, layaknya minuman sirup biasa. Dia tidak tahu kalau hal ini bisa membahayakan kesehatannya.
Memang ini tidak 100 persen salah minumannya, karena minuman ini memang tidak diperuntukkan untuk anak-anak seusia Burhan.
Tapi karena ketidakfahaman dan kurang perhatian dari orang tua. Tanpa disangka, minuman inilah jadi jalan sakitnya.
Dokter gizi datang menjelaskan panjang lebar, tentang makanan yang tidak boleh dimakan dan minuman yang tidak boleh diminum.
Karena daftar yang disebutkan terlalu panjang sehingga membuat dokter itu bicaranya agak cepat. Dan ibu Burhan hanya terbengong mendengarnya. Hehe.
Masalahnya, ibu Burhan kurang bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia. Itu kuketahui saat aku bicara dengannya.
Yang aku ingat dari ucapan dokter, bahwa Burhan hanya boleh minum air putih 300 ml selama 24 jam. Bayangkan 300 ml itu hanya 1,5 gelas.
Dan makannyapun dibatasi, gak boleh banyak, supaya menutupi rasa laparnya boleh ditambah dengan minum minyak zaitun.
Dokter menambahkan kalimat terakhir, kalimat ini lebih pelan sehingga langsung bisa diterima indera pendengaran dan disampaikan ke otak.
Kalimat itu, “kalau Ibu dan Burhan tidak patuh dengan yang saya sampaikan, anak ibu lewat.” SubhanAllah aku yang ikut menyimak, merinding mendengarnya.
Tapi aku liat ekspresi ibu Burhan tetap kosong. Apa mungkin ibunya tidak faham dengan penjelasan dokter, atau karena saat dokter datang, beliau posisinya sedang tidur karena begadang semalaman, sehingga tidak bisa menerima dengan baik penjelasan dokter.
Tiga hari sudah berlalu, Alin sudah masuk 2 kantong darah merah, sudah saatnya Alin pulang. Alin pamit pada adik Jian, anak penyandang Leukimia dan Abang Burhan, dan mendoakan semoga mereka cepat pulih.
Sebulan kemudian masuk jadwal Alin kembali ke rumah sakit, untuk transfusi. Kali ini Alin bisa masuk ke ruangan khusus anak-anak kelainan darah.
Aku bertemu dengan ibunya Jian. Aku menanyakan kabar Abang Burhan pada ibunya Jian. Dan jawabannya membuatku sedih.
Abang Burhan telah berpulang beberapa hari setelah Alin keluar Rumah Sakit. Ibunya sering diam-diam memberi minum lebih dari 300 ml yang dianjurkan dokter.
Bahkan ibunya juga memenuhi keinginan Abang Burhan saat merengek minta dibelikan teh puc*k. SubhanAllah. Ternyata itu menjadi teh p*cuk yang terakhir untuknya.
Itulah salah satu cerita tentang anak gagal ginjal, semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah ini, tanpa perlu menghakimi ibunya. Aku pribadi menilai ini murni karena keadaan dan keterbatasan pengetahuan ibunya.
Semoga ke depannya, kita lebih memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi anak-anak kita.
Mungkin kalau punya waktu, akan lebih baik mengolah sendiri, agar bisa memastikan kandungan gizinya dan keamanan makanan yang dikonsumsi anak-anak kita.
Waspadai minuman soda, minuman energi, minuman kemasan, minuman sasetan seperti p*p *ce, mar*mas, j*s j*s dan sejenisnya yang mengandung pemanis buatan, perasa buatan, pewarna buatan. Kalau hanya sesekali masih bisa ditoleransi.
Jangan keseringan. Walaupun tentu lebih baik jika bisa menghindari sama sekali.
Beri pemahaman pada anak tentang pentingnya minum air putih. Dan membiasakan diri untuk rajin minum air putih bersuhu normal.
Semoga kita semua selalu sehat dalam lindungan Allah.[ind]
Sumber: https://www.facebook.com/groups/657806561808329/permalink/954204995501816/