KELUHAN perut berulang, seperti diare berkepanjangan, nyeri perut yang datang bisa jadi inflammatory bowel disease (IBD).
IBD atau radang usus merupakan kondisi ketika usus, baik usus halus atau usus besar, mengalami peradangan berkepanjangan atau kronis.
Diperkirakan jumlah penderita IBD di Indonesia sekitar satu persen dan terjadi tren peningkatan, salah satunya karena pola makan kebarat-baratan.
Gejala IBD antara lain diare berkepanjangan (lebih dari 4 minggu), nyeri atau kram perut akibat terjadinya radang di usus, BAB berdarah atau berlendir, serta BB turun.
Baca juga: Nyeri Dada dan Leher bisa jadi Karena Asam Lambung Naik
Keluhan Perut Berulang Bisa Jadi Tanda inflammatory bowel disease
Terkadang gejalanya juga disertai dengan demam, nyeri sendi, masalah kulit, serta pertumbuhan lambat pada anak-anak.
Ada dua jenis IBD, yaitu kolitis ulseratif dan penyakit Crohn, yang memiliki karateristik dan komplikasi berbeda.
Pada penyakit kolitis ulseratif peradangannya terjadi di lapisan paling dalam usus besar, sedangkan Chrons bisa menyerang bagian mana saja di saluran pencernaan, namun paling sering di ujung usus halus dan usus besar.
Karena gejalanya yang mirip, seringkali penyakit Chrons atau IBD dianggap sebagai usus buntu. Untuk menegakkan diagnosis IBD, memang diperlukan beberapa pemeriksaan tambahan, misalnya kolonoskopi.
Tantangannya adalah belum semua rumah sakit memiliki fasilitas ini dan terbatasnya dokter konsultan gastroenterologi.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Tidak ada penyebab tunggal IBD, melainkan multifaktor, mulai dari faktor genetik, pola makan tidak sehat, gangguan mikrobiota usus, serta respon imun. Secara sederhana IBD juga bisa disebut sebagai “autoimun lokal” karena hanya terjadi di usus.
Pengobatan penyakit ini dilakukan dalam jangka panjang. Tujuan dari pengobatan adalah meredakan gejalanya, menghambat perburukan penyakit, serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
Gejala yang ditimbulkan oleh IBD menyebabkan gangguan langsung pada aktivitas sehari-hari pasien, serta memiliki dampak jangka panjang, termasuk pembatasan diet, perubahan gaya hidup, dan kebutuhan untuk selalu berada dekat dengan toilet.
Meski 80 persen pasien IBD di Indonesia termasuk dalam golongan ringan, tetapi pada pasien dengan gejala menengah hingga berat bisa sangat mengganggu aktivitas. [Din]




