JANGAN mengambil keputusan saat marah. Tulisan ini diawali dengan sebuah cerita antara Jengis Khan dengan Elang kesayangannya.
Motivator parenting dari Rumah Pintar Aisha Randy Insyaha menuliskan kisah ini. Suatu pagi, seorang komandan Mongol bernama Jenghis Khan, dan pengawalnya pergi berburu.
Rekan rekannya membawa busur dan anak panah, tetapi Jenghis Khan hanya membawa elang favoritnya di lengannya, yang lebih baik dan lebih pasti daripada panah mana pun, karena burung itu dapat terbang ke langit dan melihat segala sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh manusia.
Namun setelah berjam-jam pergi berburu, mereka tidak menemukan apa pun. Jenghis Khan, frustrasi oleh ketidak-berhasilan kelompoknya, berpisah dari rombongan dan berkuda sendirian dengan elangnya.
Setelah berkelana lama di hutan, Khan menjadi lelah dan haus. Di musim panas berkepanjangan, semua aliran sungai telah mengering, dan ia tidak dapat menemukan apa pun untuk diminum.
Kemudian, dengan takjub, dia melihat air mengalir dari batu tepat di depannya.
baca juga: 5 Cara Mengurangi Rasa Marah kepada Anak
Jangan Mengambil Keputusan Saat Marah
Perlahan-lahan Khan mengisi cangkir peraknya, tetapi ketika dia hendak minum seteguk pertama yang bisa memuaskan dahaga, elangnya terbang dan menjatuhkan cangkir itu dari tangannya.
Khan sangat marah tetapi sabar dengan burung kesayangannya dan berpikir mungkin juga haus.
Ia kembali mengisi cangkir dengan sisa air yang menetes dari bebatuan. Namun, yang membuatnya sangat kesal, ketika cangkirnya bahkan belum penuh, burung itu mengulangi tindakan yang sama sekali lagi.
Khan menghargai burung ini, tetapi dia tahu bahwa dia tidak bisa, dalam keadaan apa pun, membiarkan tindakan yang menurutnya kurang ajar seperti itu. Khan kemudian membuat keputusan.
Saat dia mengisi cangkirnya untuk ketiga kalinya, dia memegang pedangnya, dan ketika elang itu menukik ke bawah, dia menusuk dada burung itu dengan pedangnya, membuatnya mati seketika.
Tidak ada lagi aliran air di batu, jadi Khan naik untuk menemukan sumbernya. Yang mengejutkannya bahwa benar-benar ada genangan air di tempat yang lebih tinggi dan di tengahnya terbaring mati salah satu ular paling beracun di wilayah itu.
Jika dia minum airnya, dia juga akan mati. Khan, yang dilanda penyesalan mendalam, membawa elang yang mati kembali ke perkemahannya untuk dikuburkan.
Untuk menghormati sahabat terbaiknya, Khan memerintahkan pembuatan patung Elang emas, dengan sebuah kata-kata penghormatan terukir di setiap sayap yang terentang:
“Bahkan ketika seorang sahabat melakukan sesuatu yang tidak kamu sukai, dia tetap menjadi sahabatmu”, yang tertulis pada sayap sebelah kiri.
”Setiap tindakan yang dilakukan dalam kemarahan adalah tindakan yang ditakdirkan untuk gagal”, yang tertulis pada sayap sebelah kanan.
Sobat, apa hikmah dari cerita di atas?
Sobat, kita tidak boleh mengambil keputusan saat marah atau saat sedih sebab saat itu otak seperti tidak berfungsi, seperti sedang dibajak sehingga keputusannya akan berdampak tidak baik.
Coba perhatikan saat kita sedang marah, kita tidak bisa berpikir rasional. Keputusannya pun pasti akan keliru.
Nanti kalau emosinya sudah turun dan kembali normal barulah kita akan sadar dan menyesali bahwa keputusan kita itu salah.
Emosi itu naik turun, tidak mungkin naik terus nggak turun-turun atau turun terus nggak naik-naik. Saat emosi berada pada intensitas naik berusahalah untuk tidak mengambil keputusan.
Pada saat emosi turun, kemarahannya semakin mereda, sehingga otak yang rasional kembali berfungsi, di kondisi itulah waktu yang ideal untuk mengambil keputusan.
Jadi saat engkau marah dan sedih jangan sekali-kali mengambil keputusan, sekali lagi saya ingatkan jangan mengambil keputusan saat engkau sedang marah atau sedih, engkau pasti akan menyesal nantinya.[ind]