AHLI Gizi Universitas Gadjah Mada (UGM) menyebut bahwa gorengan tidak direkomendasikan untuk berbuka puasa. Seperti diketahui, di Indonesia, gorengan seolah-olah menjadi salah satu makanan pembuka wajib untuk membatalkan puasa.
Namun, dijelaskan oleh Dietisien FKKMK UGM, Tony Arjuna, S.Gz., M.Nut.Diet., AN., APD., gorengan sangat tidak disarankan dijadikan sebagai menu buka puasa.
Baca Juga: Doa Berbuka Puasa Menurut Fiqih Empat Mazhab
Ahli Gizi UGM Sebut Gorengan Tidak Direkomendasikan untuk Berbuka Puasa
“Gorengan sangat tidak direkomendasikan untuk berbuka karena komposisinya dominan karbohidrat dan lemak tidak sehat,”ungkapnya, Senin (27/3) seperti dilansir dari laman UGM.
Tony menyebutkan proses pengolahan gorengan biasanya menggunakan minyak yang telah dipakai secara berulang-ulang. Kondisi tersebut menjadikan minyak sebagai sumber kolesterol yang sebenarnya tidak ideal untuk digunakan.
“Kan jarang yang ada gorengan yang 1-2 kali pakai ganti minyaknya. Kebanyakan minyak yang digunakan itu sudah dipakai berkali-kali dan jadi model sumber kolesterol,” paparnya.
Selain mengandung lemak tidak sehat, Tony menjelaskan gorengan juga tersusun dari karbohidrat sederhana. Karbohidrat jenis ini sifatnya cepat dibakar dan dicerna oleh tubuh. Kondisi tersebut menjadikan kadar gula darah dalam tubuh menjadi cepat turun sehingga membuat cepat merasa lapar.
“Berbuka dengan yang manis sebenarnya juga tidak terlalu ideal karena karena cepat menaikan gula darah dan turunnya juga cepat sehingga mudah merasa lapar kembali,” jelasnya.
Toni merekomendasikan menu berbuka puasa dengan mengonsumsi jenis karbohidrat kompleks. Karena karbohidrat kompleks yang lebih lambat dicerna oleh tubuh sehingga kenyang lebih lama dan tidak cepat merasa lapar. Ia mencontohkan jenis karbohidrat kompleks yang baik dikonsumsi saat berbuka puasa adalah buah-buahan.
“Kalau makan besar baiknya yang dikonsumsi yang dominan proteinnya karena pengolahan dalam tubuh lebih pelan dan menaikkan gula darah dalam tubuh secara perlahan,”tuturnya.
[Cms]