MENGAPA wanita berisiko dua kali lipat untuk mengalami depresi? Dalam beberapa dekade terakhir, depresi menjadi semakin umum di negara-negara industri seperti AS dan Inggris, dan sering disebut oleh para dokter sebagai ‘flu psikiatri biasa’.
Baca Juga: Orangtua yang Depresi Bisa Mengganggu Kesehatan Jiwa Anak
6 Alasan Mengapa Wanita Berisiko Dua Kali Lipat untuk Mengalami Depresi
Rata-rata setiap orang memiliki peluang satu dari tujuh (15 persen) untuk mengalami depresi selama masa hidupnya, dan sekitar 1 dalam 20 (5 persen) peluang untuk menderita depresi pada saat ini juga.
Namun, angka-angka ini tidak relevan jika dikaitkan dengan gender karena depresi dua kali lebih umum terjadi pada wanita daripada pria.
Alasan mengapa hal ini terjadi belum jelas tetapi kemungkinan terjadi karena beberapa alasan yang bersifat biologis, psikologis, dan sosial-budaya. Faktor-faktor yang menyebabkan depresi pada wanita antara lain;
1. Faktor genetik
Riwayat depresi keluarga meningkatkan peluang terjadinya depresi, baik pada pria dan wanita. Meski begitu, studi menunjukkan bahwa tekanan hiduplah cenderung membuat wanita lebih rentan untuk mengalami stres yang berujung depresi dibandingkan pria.
Mutasi genetik tertentu yang terkait dengan perkembangan depresi berat juga hanya terjadi pada wanita.
2. Masa puber
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan, baik secara fisik dan psikis. Studi menemukan bahwa sebelum masa puber, anak laki-laki dan perempuan sama-sama cenderung mengalami depresi. Namun, setelah usia 14 tahun, wanita cenderung dua kali lebih rentan mengalami depresi.
3. Menstruasi
Perubahan hormon menjelang menstruasi dapat menyebabkan perubahan mood drastis (mood swing) yang seringkali menyertai nyeri PMS. Hal ini terhitung wajar.
Ada bentuk mood swing PMS yang lebih parah, disebut dengan Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). Wanita yang dilanda PMDD bahkan punya kecenderungan lebih besar untuk mengalami depresi hingga mencoba bunuh diri, meski menstruasinya sudah tuntas.
Dilansir dari WebMD, wanita yang punya gangguan ini umumnya memiliki kadar hormon serotonin sangat rendah. Dalam tubuh, hormon serotonin mengendalikan mood, emosi, pola tidur, dan rasa sakit.
Kadar hormon memang bisa menjadi tidak seimbang menjelang atau selama menstruasi. Namun belum jelas penyebab kenapa hormon serotonin pada wanita tertentu bisa menurun drastis saat menstruasi.
4. Masa kehamilan
Masa kehamilan tidaklah mudah, karena selama proses tersebut akan terjadi perubahan hormon yang dapat memicu terjadinya perubahan mood atau depresi pada wanita.
Perubahan hormon dan genetik semasa ini juga membuat wanita lebih rentan mengalami gangguan mood, seperti depresi.
Bahkan setelah melahirkan, wanita juga rentan mengalami baby blues dan depresi postpartum yang dapat menyulitkan wanita untuk menjalani peran barunya sebagai ibu, termasuk dalam merawat bayinya.
5. Masa perimenopause (menjelang menopause)
Beberapa wanita rentan mengalami depresi selama masa transisi menuju masa menopause. Naik-turunnya kadar hormon reproduksi pada tahun-tahun menjelang atau selama menopause dapat memicu gejala depresi pada wanita usia lanjut.
6. Pengaruh lingkungan
Faktor lain yang juga dapat membuat wanita rentan depresi adalah faktor lingkungan, terutama terkait peran wanita sebagai ibu, istri, dan anak bagi orangtuanya.
Perlu upaya dan bantuan orang-orang terdekat agar wanita mampu menyeimbangkan ketiga peran karena tidak jarang wanita mengalami stres kronis karena ketiga peran itu yang dapat memicu terjadinya depresi.
Beberapa studi juga menunjukkan bahwa wanita mungkin lebih cenderung merenungkan masa lalu, yang baik maupun yang buruk, dibandingkan pria.
Ini membuat wanita rentan mengalami gangguan kecemasan. [Maya/sumber:psychologitoday.com dan hellosehat.com/Cms]