PROBLEMATIKA cinta ternyata juga disinggung dalam Al-Qur’an dan hadis. Dari sinilah kita bisa mengambil pelajaran.
Cinta memang cerita yang tak ada matinya. Dari masa ke masa, dari generasi ke generasi, cerita tentang cinta seperti tak pernah basi. Berikut di antaranya:
Kisah Zulaikha dan Nabi Yusuf alaihissalam
Nama Zulaikha memang tidak disebut dalam Al-Qur’an maupun hadis. Sebutan namanya tersebar mengiringi sosok yang dikisahkan dalam Al-Qur’an. Sebut saja nama itu Zulaikha.
Ia bukan wanita biasa. Ia seorang istri pejabat penting di Mesir kuno saat itu. Suaminyalah yang menampung Nabi Yusuf di rumahnya sebagai pelayan istana.
Sejak awal Zulaikha begitu tertarik dengan remaja tampan mempesona itu. Tapi rasa itu berusaha ia pendam dalam.
Waktu pun terus bergulir. Keberadaan Nabi Yusuf di rumah mewahnya seperti menjebaknya dalam ‘jebakan’ cinta. Sebuah hasrat yang sulit untuk diungkapkan ke yang bersangkutan.
Nabi Yusuf bukan sekadar bermutu dalam paras di seluruh fisik. Melainkan juga dalam akhlak dan perilaku. Zulaikha seperti menemui jalan buntu untuk meraih balasan cintanya.
Akhirnya, setan pun menggelorakannya jalan ‘brutal’. Ia seperti tak menemukan jalan lain selain itu. Di saat suaminya pergi, di situ ia mengambil kesempatan.
Semua pintu ia kunci. Begitu pun jendela dan apa saja yang menampakkan suasana dalam dari luar. Saat itulah ia merayu dan menggoda Nabi Yusuf sejadi-jadinya.
Tapi Nabi Yusuf tak bereaksi. Tak ada cara lain, Zulaikha pun akhirnya memaksa. Nabi Yusuf berlari menuju pintu untuk menghindar. Tapi, bagian baju belakangnya sobek karena tarikan paksa Zulaikha.
Dan di saat genting itulah, suaminya tiba dari balik pintu. Zulaikha bingung dan malu. Senjata terakhirnya, ia menunjukkan dirinya sebagai korban. Tapi, fakta yang terlihat tak mungkin memuluskan bohongnya.
Hadis Fenomenal tentang Niat
Hadis tentang niat yang diriwayatkan oleh Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu merupakan hadis mutawatir. Hampir semua kitab hadis meletakkannya di urutan pertama.
Menariknya, salah satu isi hadis tersebut menyebut tentang seseorang yang berhijrah dengan niat untuk mengejar ‘cintanya’ yang terlebih dahulu hijrah ke Madinah.
Rasanya isi hadis ini seperti ‘sumbang’ karena disebut ada yang berniat hijrah karena wanita yang akan dinikahinya. Padahal, keseluruhan hadis ini memiliki isi yang serius dan berat.
Boleh jadi, Allah ingin memberikan pelajaran kepada generasi berikutnya bahwa problematika cinta pria dan wanita tidak bisa dianggap ringan. Karena hal itu bisa menihilkan amal besar sekaliber hijrah yang bisa berisiko nyawa.
Dan boleh jadi, ada amal-amal besar lain yang juga bisa terkontaminasi karena tentang cinta ini. Bukan karena Allah subhanahu wata’ala, tapi karena daya tarik sosok cintanya.
Tentu banyak hikmah dari dua kisah itu. Antara lain, berhati-hatilah dengan ‘jebakan’ cinta. Meski cakupan teramat kecil dan individual, tapi daya rusaknya bisa begitu besar. [Mh]