SHAFA dan Marwah, dua bukit yang menjadi bagian penting dari ibadah haji dan umroh yang telah diabadikan dalam Al-Qur’an sebagai simbol kebesaran Allah.
Shafa dan Marwah diabadikan dalam Al-Qur’an sebagai syi’ar Allah, sebagaimana firmannya pada surat Al-Baqarah (2): 158, yang berbunyi:
“Sesungguhnya Shafa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjaka sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maka Mensyukuri Kebaikan lagi Maha Mengetahui”.
Baca juga: Air yang Gemericik tapi Terkumpul, Itulah Air ZamZam
Shafa dan Marwah Diabadikan dalam Al Quran sebagai Syiar Allah
Setelah Nabi Adam wafat, kepemimpinan dipegang oleh Syits bin Adam kemudian secara turun temurun kepada Nabi Idris.
Lalu, diturunkan kepada Nabi Nuh, dimana pada saat itu kejahatan dan kemungkaran di bumi ini telah sangat merajalela, sehingga terpaksa Nabi Nuh merelakan umatnya mendapatkan adzab dari Allah yang berupa banjir bah.
Adzab inilah yang menenggelamkan seluruh bumi selama lima bulan, kecuali Nabi Nuh dan 3 anak laki-lakinya, 3 menantunya, 40 orang laki-laki dan 40 orag perempuan.
Nabi Nuh dan rombongannya inilah yang melahirkan manusia sampai sekarang dan seterusnya.
Dengan kejadian banjir pada jaman Nabi Nuh, Makkah menjadi kosong dan bangunan Ka’bah hanya berupa gundukan batu yang berbentuk lingkaran, kemudian datanglah Nabi Ibrahim yang waktu itu datang dari daerah Syam dengan Ibu Hajar dan anaknya yang masih bayi.
Selain sebagai tempat ibadah, Shafa dan Marwah juga membawa pesan moral yang mendalam bagi umat Islam.
Mereka mengajarkan pentingnya kesabaran, keteguhan hati, dan kepasrahan kepada kehendak Allah dalam menghadapi cobaan dan ujian hidup.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Saat umat Muslim melaksanakan sa’i antara Shafa dan Marwah, mereka tidak hanya mengikuti jejak Hajar, tetapi juga mengenang ketaatan dan kebesaran Nabi Ibrahim dalam menghadapi perintah Allah yang sulit.
Perjalanan di antara kedua bukit ini adalah pengalaman yang memperdalam rasa takut dan penghormatan kepada Allah. [Din]