CINTA jatuh karena empat sebab: karena rupanya, hartanya, nasabnya, dan agamanya. Pilihlah sebab yang terbaik, dan jangan asal jatuh cinta.
Jatuh cinta itu alami dan sangat manusiawi. Siapa pun boleh jatuh cinta pada siapa saja, kecuali kepada yang mahram tentunya.
Namun begitu, sesuatu yang alami tidak selalu benar. Karena itulah manusia butuh bimbingan hidayah agar tidak salah jatuh cinta. Dan salah jatuh cinta bisa terjadi karena objeknya, juga karena caranya.
Pertama, Pilih karena Agamanya.
Agama merupakan benteng setiap orang. Orang yang agamanya kuat, benteng hidupnya berarti kuat. Ia tidak mudah salah ‘jalan’ di banding orang umumnya.
Ketika kita memilih jodoh, berarti memilih teman hidup. Bukan teman untuk satu atau dua tahun. Tapi untuk seumur hidup.
Karena untuk seumur hidup, kelanggengan dan maslahat sebab harus diutamakan. Dari empat sebab pilihan jodoh, hanya satu yang langgeng dan punya maslahat mumpuni. Yaitu, agama.
Bagusnya rupa hanya bertahan efektif sekitar dua puluh tahun saja. Selebihnya rupa akan berubah drastis. Jauh dari setelan awalnya.
Orang yang memilih karena rupa, di tahun-tahun ini akan mengalami masa disorientasi. Ketika rupa tak lagi seratus persen, maka kadar cinta pun akan sama.
Begitu pun dengan harta yang tak akan langgeng. Dan tak ada jaminan kalau harta bisa bikin hidup bahagia. Bahkan mungkin bisa sebaliknya.
Sementara sebab agama bukan hanya langgeng, tapi terus mengalami peningkatan. Semakin berumur, umumnya agama akan semakin melekat pada diri seseorang. Dan semakin kuat agama, akan semakin kokoh benteng hidup seseorang.
Kedua, Hati-hati dengan Cinta Lokasi.
Cinta itu seperti air yang begitu lentur mengikuti wadahnya. Kalau wadahnya bulat, ia akan bulat. Kalau lonjong, ia juga akan lonjong. Begitu seterusnya.
Jadi, jangan heran jika karena sering bertemu, sering berinteraksi, pria dan wanita bisa jatuh cinta tanpa kriteria sama sekali.
Contoh, majikan yang jatuh cinta dengan pembantu rumah tangga. Majikan yang jatuh cinta dengan sopirnya. Dosen yang jatuh cinta dengan siswanya. Pejabat yang jatuh cinta dengan sekretarisnya. Dan seterusnya.
Kenapa? Karena sakinah bisa direkayasa. Ketika setan mendompleng kecenderungan ini, maka cinta menjadi sangat buta. Artinya, tak lagi melihat sisi nilai dan maslahat.
Karena itulah Islam membatasi pandangan pria dan wanita yang bukan mahram. Mulai dari intensitasnya hingga kualitasnya. Karena pandangan bisa menjadi ‘jembatan’ setan.
Begitu pun dengan khalwat atau berdua-duaan. Disengaja atau tidak. Disengaja artinya memang saling bersepakat untuk berdua saja. Tidak disengaja karena keadaan pekerjaan atau lainnya.
Jembatan dalam khalwat adalah aroma. Pria dan wanita mengeluarkan daya pikatnya melalui minyak wangi. Meskipun awalnya mereka tidak berpandangan, tapi melalui aroma rekayasa setan bisa membuai hati dua insan ini.
Jangan asal jatuh cinta. Karena kita tak pernah tahu apakah maslahat atau mafsadat di balik ketertarikan itu. Cintailah orang yang diridhai Allah untuk dicintai. [Mh]