ChanelMuslim.com- Malam lailatul qadar adalah malam yang bersejarah dan pebuh berkah. Pada malam ini, dikatakan bahwa memiliki kebaikan setara dengan seribu bulan.
Baca Juga: Raih Keberkahan Ramadan bersama Keluarga
Makna Malam
Malam secara ketentuan syariat adalah rentang waktu yang ditandai mulai dari terbenamnya matahari di ufuk Barat hingga terbitnya fajar (bukan terbitnya matahari) di ufuk Timur.
Malam dimulai dari terbenamnya matahari, sebagaimana disebut dalam Al-Quran :
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam,. (QS. Al-Baqarah : 187).
Para ulama sepakat bahwa meski ayat ini menyebutkan puasa itu sampai malam, tetapi bukan berarti sampai tengah malah.
Maksudnya adalah sampai bertemunya malam, yaitu ketika matahari terbenam. Dan malam diakhiri dengan terbitnya fajar yaitu masuknya waktu shubuh, sebagaimana disebutkan di dalam Al-Quran :
Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS. Al-Qadar : 5).
Makna Qadar
Istilah qadar punya banyak sekali makna dan muncul berkali-kali dalam Al-Qur’an juga dengan makna yang berbeda-beda, tergantung siyaq-nya.
Kemuliaan penggunaan kata al-qadaru yang merujuk pada makna kemuliaan dapat dijumpai pada ayat berikut :
“Mereka itu tidak memuliakan Allah dengan kemuliaan yang semestinya.” (QS. Az-Zumar : 67).
Malam Qadar dipahami oleh sebagian ulama sebagai malam mulia tiada bandingnya. Malam itu mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Qur’an.
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadar: 1-5).
Meskipun malam lailatul qadar ini tidak diketahui kapan datangnya, namun umat Islam sudah bisa menanti sejak 10 hari terakhir di bulan Ramadhan.
“Rasulullah bersabda: “Carilah malam lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Imam Bukhari).
Ada banyak keutamaan yang bisa disematkan kepada malam Qadar ini, antara lain :
Malam Turunnya Al-Quran
Sudah menjadi ijma’ di tengah ulama bahwa malam Qadar adalah malam diturunkannya Al-Quran Al-Karim. Dalil tentang hal itu adalah firman Allah Subhanahu wa Taala di dalam surat Al-Qadar :
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam Qadar.” (QS. Al-Qadar : 1-3).
Al-Quran adalah kitab suci yang paling mulia, yang merupakan mukjizat utama Rasulullah Shallalahu Alaihi wasallam.
Kitab suci yang abadi dan keabadiannya dijamin Allah Subhanahu wa Taala sampai nanti terjadi hari kiamat.
Lebih Baik dari Seribu Bulan
Lailatul Qadar (لَيْلَةِ الْقَدْرِ) adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadan, yang dalam Al-Quran digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Dan juga diperingati sebagai malam diturunkannya Al Quran. Deskripsi tentang keistimewaan malam ini dapat dijumpai pada Surat Al Qadar, surat ke-97 dalam Al Quran.
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam Qadar. Dan tahukah kamu apakah malam Qadar itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadar : 1-3).
Para ulama menetapkan bahwa bila seseorang beramal shalih di malam Qadar itu, maka dia akan mendapat pahala seperti melakukannya dalam 1000 bulan.
Turunnya Para Malaikat
Terusan ayat di atas adalah penegasan dari Allah Subhanahu wa Taala bahwa di malam itu turunlah para malaikat ke atas muka bumi.
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ
“Para malaikat danm ruh turun di malam itu dengan izin dari Tuhan mereka dengan segala urusan.” (QS. Al-Qadar : 4).
Al-Imam Al-Qurthubi menyebutkan bahwa dari setiap lapis langit dan juga dari Sidratil Muntaha, para malaikat turun ke bumi, untuk mengamini doa umat Islam yang dipanjatkan di sepanjang malam itu hingga terbitnya fajar, atau masuknya waktu shubuh.
Selain itu disebutkan bahwa para malaikat turun untuk membawa ketetapan taqdir untuk setahun ke depan.
Keselamatan
Malam Qadar juga disebutkan dalam lanjutan ayat di atas sebagai malam yang ada di dalamnya keselamatan hingga terbitnya fajar.
سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Adh-Dhahhak berkata bahwa maksudnya pada malam itu Allah Subhanahu wa Taala tidak menetapkan sesuatu kecuali keselamatan hingga datangnya fajar. Sedangkan di malam lain, selain keselamatan juga Allah menetapkan bala’.
Mujahid berkata bahwa maksudnya malam itu malam yang dimana setan tidak bisa melakukan perbuatan jahat dan keburukan.
Eksklusif Milik umat Muhammad
Jumhur ulama sepakat bahwa keistimewaan malam Qadar ini hanya berlaku untuk umat
Muhammad Shallallahu Alaihi wassalam saja. Sedangkan umat-umat terdahulu tidak mendapatkan keistimewaan ini.
Dasarnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Malik dalam Al-Muwaththa’
Rasulullah diperlihatkan umur-umur manusia sebelumnya -yang relatif panjang- sesuai dengan kehendak Allah, sampai (akhirnya) usia-usia umatnya semakin pendek (sehingga) mereka tidak bisa beramal lebih lama
sebagaimana umat-umat sebelum mereka beramal karena panjangnya usia mereka. Maka Allah memberikan Rasulullah Lailatul Qadr yang lebih baik dari seribu bulan. (HR. Malik).
Hadits ini menjelaskan bahwa ditetapkannya malam Qadar setara dengan seribu bulan adalah sebagai fasilitas bagi umat Nabi Muhammad bila ingin mendapatkan banyak pahala,
sementara dibandingkan usia umat-umat terdahulu, usia mereka jauh lebih singkat.
Al-Quran menyebutkan bahwa usia Nabi Nuh alaihissalam itu 1000 tahun kurang lima puluh, alias 950 tahun.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Ankabut : 14).
Maka mereka yang dapat memanfaatkan fasilitas ini, tentu akan bisa bersaing dengan umat-umat terdahulu dalam mendapatkan jumlah pahala yang banyak.
Selain itu juga ada kisah tentang seorang dari Bani Israil yang berjihad selama seribu bulan di masa lalu, sehingga membuat para shahabat iri.
أَنَّ رَجُلاً مِنْ بَنِي إِسْرَائِيل لَبِسَ السِّلاَحَ فِي سَبِيل اللَّهِ تَعَالَى أَلْفَ شَهْرٍ فَعَجِبَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ ذَلِكَ فَأَنْزَل اللَّهُ عَزَّ وَجَل : إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Ada seseorang dari Bani Israil yang menyandang senjata berjihad di jalan Allah selama 1000 bulan. Hal itu membuat umat Islam kagum. Maka Allah Subhanau wa Taala menurunkan surat Inna anzalnahu fi lailatil qadr . . “. (HR. Al-Baihaqi).
[Ind/Wld].