HARI ini, tepatnya tanggal 20 Maret 2023, google doodle memperingati hari kelahiran seorang pujanggga bernama Sapardi Djoko Damono.
Sapardi lahir pada 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah. Ia menghabiskan masa kecilnya di perpustakaan membaca setiap buku yang ia dapatkan dan mulai menulis puisi saat bersekolah di SMA Surakarta.
Setelah mendapatkan gelar bahasa Inggris dari Universitas Gajah Mada, Sapardi belajar sastra Indonesia di sekolah pascasarjana.
Saat bekerja sebagai penyiar radio dan asisten teater ia mulai menggarap puisinya lebih serius.
Ia mulai menulis puisi sejak tahub 1957 ketikma masih menjadi murid SMA, tetapi ia beru menerbitkan buku puisi pertama berjudul duka-Mu abadi pada tahun 1967.
Baca Juga: Puisi Taufik Ismail untuk Palestina
Mengenang Pernyair Legendaris Indonesia, Sapardi Djoko Damono
Beberapa buku puisinya yang kemudian terbit adalah Mata Pisau, Akuarium, Perahu Kertas, Sihir Hujan, Hujan Bulan Juni, Arloji, Ayat-Ayat Api, Mata Jendela, Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro?, Kolam, Namaku Sita, dan Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita.
Sedangkan buku fiksi yang telah dibukukan adalah Pengarang Telah Mati, Pengarang Belum Mati, dan Pengarang Tak Pernah Mati, ketiga cerita itu kemudian disatukan dalam Trilogi Soekram.
Sejak tahun 1978 Saparti telah menerbitkan sejumlah buku nonfiksi antara lain Novel Indonesia Sebelum Perang, Sosiologi Sastra, Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan, Drama Indonesia, Sastra Bandingan, Bilang Begini Maksudnya Begitu, Kebudayaan (Populer) (di Sekitar) Kita, dan Alih Wahana.
Pada tahun 2012 Sapardi menerima penghargaan dari Akademi Jakarta untuk pencapaiannya di bidang kebudayaan, tahun 2003 menerima penghargaan serupa dari Freedom Institute. Ia menerima S.E.A. Write Award dari Thailand tahun 1984, Hadiah Puisi Putera dari Malaysia tahun 1984, dan Cultural Award dari Pemerintah Australia tahun 1978.
Ia juga pernah menjadi guru besar UI, mengajar dan membimbing mahasiswa di sekolah-sekolah pascasarjana Institute Kesenian Jakarta dan Universitas Diponegoro, disamping aktif di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI.
Sapardi meninggal di usia 80 tahun pada 19 Juli 2020 di Rumah Sakit Eka Hospital.
Hingga saat ini karyanya masih dibaca di seluruh dunia, terutama karyanya yang berjudul Hujan Bulan Juni yang terbit pada tahun 1994
Kumpulan puisi terbesarnya ini menginspirasi beberapa musisi untuk membuat komposisi dengan tema serupa. [Ln]