DI tengah reruntuhan Gaza utara, Esraa Shaheen yang berusia 23 tahun berdiri teguh dalam tekadnya untuk tetap tinggal, bahkan saat Presiden AS Donald Trump mengusulkan relokasi warga Palestina dari wilayah yang dilanda perang tersebut.
Dikutip dari aboutislam.net, Esraa baru saja menyelesaikan perjalanan melelahkan selama tujuh jam dari Deir al-Balah kembali ke lingkungan masa kecilnya, sebuah tempat yang kini hampir tidak dapat dikenali lagi setelah berbulan-bulan dibombardir Israel.
Meskipun mengalami kerusakan, kegembiraannya karena dapat kembali ke rumah dan bersatu kembali dengan tunangannya mengalahkan kesulitan yang dialaminya.
Baca juga: Pasca Gencatan Senjata, PMI Siapkan Bantuan untuk Rakyat Palestina
Esraa Shaheen Tetap Tinggal di Atas Reruntuhannya Gaza Utara
Dia telah menghabiskan waktu berbulan-bulan berlindung di ruang kelas yang penuh sesak di Gaza bagian tengah, berjuang melawan kurangnya privasi dan stabilitas.
Ketika gencatan senjata sementara memungkinkan keluarga-keluarga yang mengungsi untuk kembali ke utara, Esraa memanfaatkan kesempatan itu.
Menempuh medan yang sulit dan kerumunan besar, ia berjalan pulang pertama dengan mobil, lalu berjalan kaki, lalu naik mobil lagi melalui Gaza yang nyaris tak dikenalinya.
Reuni itu pahit sekaligus manis, sementara kehangatan kepulangan mengangkat semangatnya, pemandangan lingkungan tempat tinggalnya yang hancur sangat menyayat hati.
Rumah keluarga Esraa masih berdiri, tetapi jendela dan pintunya hancur, dan penjarah menjarah perabotan, barang elektronik, dan barang-barang berharga dari apartemen tersebut.
Tanpa listrik, air bersih, dan akses terbatas ke makanan, kehidupan di utara adalah perjuangan sehari-hari. Badai telah menghancurkan penutup rumah sementara, dan dia beserta keluarganya bergantung pada api untuk menghangatkan diri dan memasak.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Sementara banyak warga Gaza yang mengungsi mempertimbangkan untuk meninggalkan wilayah utara karena kondisi yang buruk, tekad Esraa merupakan tindakan pembangkangan yang kuat.
Kepulangannya bukan sekadar tentang merebut kembali rumah melainkan tentang penolakan untuk dihapus dari tanahnya. [Din]